Berikut adalah wawancara dengan Monna Rozana, salah satu alumni Jurusan Teknik Fisika FT-UGM (prodi Fisika Teknik, angkatan 2005) yang sedang melanjutkan studi ke jenjang S2 di Thailand. Wawancara dilakukan melalui FaceBook.
Studi lanjutnya di mana?
The Joint Graduated School of Energy and Environment, King Mongkut’s University of Technology Thonburi
Program : M. Phil, in Energy technology
Apa yang mendorong Monna untuk studi lanjut dan mengapa memilih program tersebut?
Sejak mengambil kuliah teknologi batubara bersih (diampu Bapak Dr.-Ing Kusnanto), saya mulai tertarik pada bidang ini. Saya berpikir, Indonesia kaya dengan sumberdaya batubara, pun dengan daerah asal saya, Sumatera Barat, namun penambangannya masih memakai teknik penambangan yg konvensional dan menuai berbagai dampak negatif bagi lingkungan dan manusia. Ketika tugas akhir, saya juga mengambil topik tersebut di bawah bimbingan Bapak Dr. Andang Widi Harto dan Dr.-Ing Kusnanto.
Selepas saya wisuda Februari 2009, saya segera mencoba peruntungan dengan melamar di beberapa institusi, karena org tua saya meminta agar saya bekerja terlebih dahulu. Sembari mengikuti tes-tes kerja, saya mencoba mencari informasi dan apply dua beasiswa yg sedang membuka pendaftaran ketika itu, Thailand dan Taiwan (sama2 berbunyi Ta, cuma beda akhiran, hehehe). Hal yg mendorong saya untuk studi lanjut adalah saya ingin menjadi seorang dosen, yang bisa mengilmui, memberi ilmu, dan menerapkan ilmu sehingga berguna bagi umat dan lingkungan. Ingin sekali saya bergabung ke Departemen ESDM, atau Puslitbang TEKMIRA untuk menerapkan teknologi batubara bersih di Indonesia, bukan lagi pada skala lab.
Lalu, Allah belum mengizinkan saya utk bekerja terlebih dahulu pasca wisuda. Saya belum diterima. Namun, pada bulan April 2009, saya mendapat email, bahwasanya saya diterima di Thailand. Saya mengalami keraguan ketika itu, apakah akan diambil atau tidak. Hal ini disebabkan orangtua saya masih menginginkan saya untuk bekerja, bukan lanjut sekolah lagi, dan juga saya masih ingin menunggu hasil penerimaan Taiwan pada akhir tahun ini. Namun pada akhirnya, orang tua menyerahkan keputusan kepada saya sebagai anaknya yang sudah dewasa (heheehe =). Saya memutuskan berangkat ke Thailand.
Bagaimana pengalaman pertama kali kuliah di Thailand? (cerita tentang suasana di kampus)
Pertama kali ke kampus, saya takjub dengan kampusnya. Beda banget sama kampus Fistek dan UGM saya, hehehe. Perpustakaan pusatnya kaya kafe yang nyaman banget. Terus mahasiswa S1nya pada pakai seragam hitam putih, bukan pakaian bebas seperti mahasiswa S2. Pas ketemu dengan advisor saya pertama kali, deg-degan iya, bingung iya, sebab di sini dosen termasuk golongan orang yg paling dihormati setelah pemuka agama. Jadi kalau ketemu dosen, selalu kasih hormat ala Thai. Lalu pas makan di kantin kampus yang gedeeee (tapi cuma ada 2 toko yg menjual makanan halal), saya kaget ternyata kalau habis makan kita harus membereskan piring sendiri, lalu menaruh di tempat piring2 kotor dan membuang sisa2 makanan kita sendiri ke tong sampah yang disediakan. Wawh, teratur sekali. Jadi tidak ada alasan untuk meninggalkan piring habis makan di meja, bakal diomelin sama petugas kantinnya. hehehe..
Kalau untuk kuliah, wawh terasa beda. Kuliah di sini, mahasiswa tidak ada satupun yang mengobrol sendiri di kelas, mau kuliah pagi (jam 9-12) atau kuliah siang (13.30-16.30), semuanya pada fokus pada dosen selama 3 jam, dengan waktu istirahat 15 menit di antaranya. Saya juga tidak mengerti fokusnya apa mengerti atau tidak. Saya terheran-heran, kok bisa ya kawan-kawan di sini tahan tidak ngobrol-ngobrol selama 3 jam kuliah?? Saya dan teman saya Andhy pernah ditegur dan hampir diusir keluar oleh seorang profesor karena kami duduk paling depan dan mengobrol pula. Kuliah tersebut diadakan siang, kami tidak tahan menahan kantuk, dan akhirnya mengobrol di kelas. hehehe. Sejak saat itu saya berusaha mengurangi kebiasaan mengobrol di kelas.
Bagaimana pengalaman pertama tinggal di Thailand? (cerita tentang lingkungan tempat tinggal, kawan-kawan dsb)
Pertama kali tinggal di sini, saya tidak merasa sendiri, karena Ibu saya menemani seminggu pada awal kehidupan saya di sini. Alhamdulillah lingkungan tempat saya tinggal dekat dengan masjid dan komunitas muslim. Saya benar-benar bersyukur. Jadi mudah mendapatkan makanan halal. Kalau sudah jauh dari tempat tinggal, sudah mulai kesulitan mendapatkan makanan halal.
Setiap minggu ada pengajian mahasiswa Indonesia se-Bangkok. Saat inilah yang paling saya nantikan kalau sudah akhir pekan. Bertemu dengan mahasiswa-mahasiswa Indonesia, bercanda ria, dan yang paling sip bertemu dengan makanan Indonesia, hehehe. Setiap pulang ada pengajian mahasiswa Indo se-Thailand, ini diglir yang jadi tuan rumahnya, per universitas yang ada mahasiswa Indo-nya. Pokoknya menyenangkan kalau sudah ikut pengajian mahasiwa Indo!
Kalau kawan-kawan di kampus, pada awalnya saya berteman dengan mahasiwa-mahasiswa Ph.D, mainannya berpikir kelas tinggi dan sangaaaat rajin. PR yang rasanya sederhana saja, dibikin jadi berat, hehehe. Ketika pelajaran-pelajaran dasar (seperti Matematika Teknik, Metodologi Riset, Seminar) mahasiswa Master dan Ph.D digabung menjadi satu kelas. Namun setelah saya menemukan kawan-kawan yg seusia, saya kmbali ke alam muda saya. hehehe..
Bagaimana materi kuliah di sana, apakah lebih berat dari di Indonesia?
Kalau ditanya materi kuliah di Thailand lebih berat daripada di Indonesia? Saya agak susah membandingkannya, soalnya saya belum pernah merasakan S2 di Indonesia, hehehe. Kalau yang jadi pembanding itu S1 Teknik Fisika, saya bisa menjawabnya.
Materi kuliah yang saya dapatkan di semester ini merupakan mata kuliah dasar seperti Matematika Teknik, Metodologi Riset, dan Seminar, yg beberapa materinya pernah saya peroleh ketika belajar di Teknik Fisika. Jadi di sini tinggal dipermantap (halah2, gaya tenan), dengan penambahan Computer Programming untuk penyelesaian soal matematika. Namun ada satu mata kuliah yang cukup berat, yaitu Clean Technology for Solid Fuel. Materi kuliahnya terasa dalam bagi saya. Karena saya baru mendapatkan ‘kulitnya’ ketika belajar di Teknik Fisika.
Bagaimana pengalaman berinteraksi dengan orang dari berbagai negara?
Teman-teman di sini berasal dari berbagai negara, yakni Amerika Serikat, Selandia Baru, Tanzania, Iran, India, Myanmar, dan Kamboja. Mmm, mengenai pengalaman berinteraksi yang menarik banyak yang hendak diceritakan. Salah satunya berikut ini.
Panggilan yang sopan untuk orang yang lebih tua umurnya dibandingkan kita dalam bahasa Thai yaitu Pi, yang kira-kira sinonim dengan Mas atau Mbak di Indonesia. Namun kata ‘Pi’ sendiri memiliki beberapa makna, tergantung bagaimana cara membunyikannya (jadi ada makharijul huruf-nya, hehehe). Kata “Pi†berarti Mas atau Mbak jika dibunyikan dgn nada meninggi. Lalu pada suatu ketika saya bertanya mengenai tugas kepada salah seorang teman Ph.D saya, “Pi Den, would you like to help me about homework?â€,(Den adalah nick name-nya). Karena saya selama 3.5 tahun mulai terbiasa dengan Jogja yang lembut (hehehe, padahal karena mau minta tolong), saya mengucapkan kata ‘Pi’ tadi dengan nada yang merendah. Lalu seketika saya kaget dengan responnya. Bagaimanakah responnya? Ternyata responnya adalah : “Monna, you just call me Denâ€. Lalu saya bertanya, “why?â€. lalu dia menjawab, “because if you say Pi, it means GHOSTâ€. hahahaha, jadi ternyata pembunyian kata ‘Pi’ dgn nada yg merendah memberikan makna kata HANTU. jadi kalau saya memanggil dia dengan sebutan ‘Pi Den’, sama saja saya memanggilnya dengan “Hantu Denâ€. Sejak saat itu saya mulai memanggil teman2 Ph.D yang notabene-nya lebih tua dari saya, hanya dengan namanya.
Lain cerita dgn teman-teman yang native, waduwh Inggrisnya luar biasa cepat, dengan aksen Amerika yang masih belum familiar di telinga saya. Pernah suatu ketika seorang dosen meminta saya untuk menyampaikan pesan kepada salah seorang mahasiswa Master dari Amerika yang bernama Vanessa. Ketika saya menyapanya, setelah itu saya mulai menyampaikan pesan dari Ajarn. Lalu ketika pesan sudah tersampaikan, dia mulai cerita kenapa Ajarn sampai menitip pesan seperti itu, cukup panjang. Ya Allah, ketika itu saya benar-benar tidak nyambung dengan apa yang dia ceritakan. Saya cuma bisa senyam-senyum saja. Dia ketawa, saya juga ikut ketawa. Malu sangat pada diri saya sendiri. Finally, sampai sekarang saya masih berusaha untuk belajar ‘listening’ dari para native yang ada di sini.
Apa pesan buat adik-adik mahasiswa JTF-UGM?
Teruslah bermimpi, karena orang-orang seperti kita hanya mempunyai semangat dan mimpi-mimpi, dan kita akan berjuang habis-habisan demi semangat dan mimpi2 itu.
Teruslah berdoa dan mendekat kepada Rabb Pencipta Alam lebih dekat, kekuatan doa itu sungguh luar biasa!
Hormatilah dosen dan guru2 kita. Di Thai sendiri ada peringatan Hari Penghormatan untuk Dosen. Di acara tersebut, para mahasiswa akan sungkeman kepada dosen dan memberikan seuntai bunga tanda penghormatan. :Lalu sang dosen akan memberikan nasehat dan doanya teruntuk mahasiswa tersebut. Saya sangat terkesan dengan peringatan ini, karena membuat hubungan dosen dan mahasiswa menjadi lebih dekat dan â€terasa’ di hati.
Lalu cobalah untuk menahan diri agar tidak mengobrol di kelas, karena selain akan mengganggu teman-teman lain, tentu saja akan mengganggu transfer ilmu dari dosen kepada mahasiswa. Alangkah merugi jika ilmu tidak terserap sepenuhnya.