Pada periode wisuda Agustus 2022, terdapat wisudawan Teknik Nuklir yang meraih IPK tertinggi yakni Nicholas Sidharta. Masuk di DTNTF pada tahun 2018 dan meraih IPK sebesar 3,77, tim jurnalis DTNTF mewawancarai Nicho terkait pengalamannya di DTNTF dan metode belajarnya.
- Bisa diceritakan awal cerita mengapa memutuskan untuk melanjutkan studi ke Teknik Nuklir UGM?
“Saya memilih Teknik Nuklir (TN) karena terdengar keren, unik, dan menantang. Awalnya saya sangat bingung memilih jurusan karena tidak ada jurusan yang saya sangat inginkan. Lalu saya bertemu alumni SMA saya yang kuliah di TN dan mendengar cerita tentang jurusan antah berantah ini dari dia. Dari situ saya jadi teryakinkan: kedengarannya keren (orang dengar kata nuklir saja sudah takut), unik (hanya ada 1 di Indonesia), dan menantang (kedengarannya saja sudah sulit). Saya juga percaya bahwa nuklir adalah teknologi baru, belum terkembangkan di Indonesia, dan sangat potensial manfaatnya bagi masyarakat. Apalagi katanya kuliahnya santai, saya tambah terjual. Maafkan saya teman-teman, namanya juga waktu itu masih belum tahu apa-apa”.
- Ketika masih mahasiswa baru, tentu perlu beradaptasi dengan lingkungan baru, bagaimana cara beradaptasinya?
“Sudah agak lupa ya. Tapi seingat saya dengan mencoba banyak kegiatan dan berkumpul bersama teman. Makan bersama habis kuliah, nongkrong-nongkrong di kanjur (kantin jurusan), duduk-duduk dan main pingpong di KPFT, belajar bareng di kos-kosan, coba datang ke Gelex, expo BSO fakultas, supersonik, pra-pendadaran kating, mengerjakan tugas kelompok bersama, ikut osjur (ospek jurusan), dan masih banyak lagi yang saya kebetulan belum ingat.”
- Seandainya bisa kembali pada masa mahasiswa baru, apa yang akan Anda katakan pada dirimu di masa lalu tersebut?
“Enjoy the process. Berani mencoba segala hal dan nikmati saja. Cepat banget 4 tahun itu”
- Bagaimana metode pembelajaran yang digunakan sehingga bisa meraih IP optimal?
“Kalau targetnya adalah IP, belajar harus cerdik. Harus bisa menebak soal yang akan dikeluarkan. Contohnya tahu tipe dosen, ada yang kalau keluarin soal selalu mirip sama tahun-tahun sebelumnya, jadi belajar dari soal-soal tahun lalu saja sudah cukup. Atau banyak dosen juga yang mengambil soal selalu dari buku acuan, sehingga harus punya buku acuan dosen tersebut (kalau gak tahu bukunya, tanya ke dosennya). Tapi jika ingin beneran paham, itu baru no shortcut. Harus beneran belajar, review materi, mengerjakan soal, membaca buku. Kalau saya sih karena sibuk kegiatan, biasanya juga mepet2 ujian baru belajar, tapi beneran belajar mati-matian. Jangan ditiru ya jeleknya”
- Mata kuliah apa yang paling susah di Teknik Nuklir dan bagaimana cara menaklukkannya?
“Mata kuliah yang, itu tadi, dosen pengampunya menuntut kita harus paham. Contohnya dulu saya Fisika Atom, Fisika Inti, Termodinamika, Fisika Reaktor Nuklir, Analisis Reaktor Nuklir, dan masih banyak lagi. Biasanya mata kuliah tersebut soalnya sangat susah dan tidak dapat diprediksi. Oleh karenanya no shortcut dan kita harus memberikan 100%. Mata kuliah lain yang susah adalah yang sistem penilaiannya 0 dan 1. Contohnya Kalkulus Vektor dan Aljabar Linier. Kalau yang ini selain banyak latihan, ya banyak doa juga. Kalau jelek ya diulang saja, saya juga ngulang. Kalau mata kuliah susah di kategori pertama saya sarankan tidak usah diulang kecuali berubah dosen pengampunya karena hasilnya akan sama saja (malah teman saya banyak nilainya lebih jelek).”
- Semester berapa yang paling susah di Teknik Nuklir dan bagaimana cara menaklukkannya?
“Semester 5 untuk kami TN 18 karena praktikumnya numpuk 4 dalam satu semester. Apalagi saya ditambah ikut PKM juga. Itu satu semester kurang tidur dan tidak punya waktu luang sama sekali. Cara menaklukannya adalah percaya bahwa badai pasti berlalu.”
- Apakah hanya fokus belajar atau juga berorganisasi? Bagaimana tipsnya agar bisa membagi waktu diantara akademik dan non-akademik?
“Dulu saya semua dicoba: training, seminar, bootcamp, organisasi, panitia, lomba, penelitian, menulis paper, bahkan magang. Tipsnya adalah walau semua dicoba, tapi hanya 1 atau 2 yang bisa benar-benar fokus. Jadi tetap harus ada prioritas. Lagi-lagi kembali ke kerja cerdas (baca: mengorbankan hal lain), misal saya hanya menjadi anggota di KMTNTF, maka saya datang ke acara bidang saya saja atau berhubungan dengan saya. Tapi di BSO LPKTA saya menjadi ketua umum, maka saya harus benar-benar mencurahkan waktu disana dengan mengikuti semua kegiatan. Walau banyak kegiatan tetap ingat bahwa prioritas pertama kuliah adalah belajar (bukan hanya soal nilai). Tidak mungkin orang bisa memberikan 100% ke 3 kegiatan bersamaan, pasti terbagi 3.”
- Apa harapan untuk Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika?
“Lab tambah bagus dan modern. Dapat exposure ke industri nuklir, baik medis, penerapan industri seperti NDT, apalagi energi. Bisa kerja sama dengan perusahaan nuklir dan jurusan teknik nuklir luar negeri, seperti Tsinghua, Westinghouse, TEPCO, KTH, NuScale. Kalau ingin fokus ke riset, benar-benar membangun ekosistem riset: mahasiswa ditawarkan riset topik mutakhir, didorong untuk belajar topik terbaru dan software-software baru, diterbitkan di paper Q1, diberi insentif. Mahasiswa dapat tidak hanya bisa memakai software, tapi mengerti coding dibaliknya. Dapat mendapatkan lisensi code-code terbaru. Dapat melakukan eksperimen (tidak hanya mainan code) sehingga setara dengan negara yang punya PLTN. “
- Pesan untuk adik tingkat di Teknik Nuklir
“Bermimpi yang tinggi, spesifik, dan membawa kebermanfaatan bagi sesama. Untuk mencapai mimpi, harus tahu konsep sarana dan tujuan. Bahwa tujuan hanya 1, tetapi sarana bisa banyak dan bermacam-macam. Memilih sarana juga harus detail dan mengarahkan kita pada tujuan. Misal tujuan: ingin berkontribusi pada ketahanan energi dunia dengan jadi researcher termal hidraulis microreactor di ORNL pada umur 35. Sarananya: belajar yang rajin biar dapat IPK cumlaude; ambil peminatan TEN; perkuat matematika, fisika reaktor, dan komputasi; dekatin Pak Alex, Pak Sihana, Pak Andang, Pak Yudi; membantu riset beliau-beliau untuk mendapat ilmu, menambah exposure dunia nuklir internasional, menerbitkan paper Q1 di bidang microreactor; minta rekomendasi agar dapat kuliah di Amerika; dan seterusnya. Semoga bermanfaat teman-teman semua”