International Energy Summit (IES) 2022 merupakan event yang diinisiasi oleh American Association of Petroleum Geologist Universitas Gadjah Mada. Event tersebut terdiri dari beberapa perlombaan seperti essay and poster competition, paper competition, dan case study competition. Tema yang diangkat pada IES 2022 adalah “Inventive Technology as Ways of Petroleum Industry to Acclimate in the Energy Transition Era”, dengan beberapa subtopik seperti pemanfaatan energi terbarukan dalam industri petroleum, usaha untuk meminimalisir limbah pada industri petroleum, dan teknologi untuk memaksimalkan hasil produksi yang berkepanjangan pada industri petroleum. Diselenggarakan secara daring pada 29 Oktober – 5 November 2022, event ini diikuti oleh beberapa peserta dari universitas-universitas ternama di Indonesia.
Pada perlombaan kategori paper, salah satu karya tulis dari Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika (DTNTF) UGM berjudul “Utilization of HTR PM 250 and Microbial Fuel Cell to Minimize Carbon Emission of Oil Refinery Process and Waste Treatment” berhasil mendapatkan juara ke-3 dalam event internasional tersebut. Karya tersebut disusun oleh tiga orang mahasiswa Teknik Fisika UGM angkatan 2020, yaitu Daffa Khairi (ketua tim), Ghinan Muhamad Zulfa, dan Prawesti Utami yang tergabung dalam sebuah tim dengan nama RanjaKa.
Dalam karya tulis ilmiah yang disusun, dihasilkan sebuah analisis terhadap pemanfaatan salah satu reaktor nuklir generasi ke-IV, yaitu High Temperature Reactor Pebble-bed Module (HTR-PM) dengan daya 250 MWth dan Microbial Fuel Cell (MFC) dalam mengurangi limbah proses drilling, emisi karbon dari proses distillation dan refinery dari industri petroleum, serta potensi penghematan bahan bakar yang dapat dicapai. Reaktor HTR-PM dipilih dengan pertimbangan bahwa reaktor nuklir generasi ke-IV merupakan reaktor dengan tingkat keamanan super tinggi dan memiliki sistem yang canggih serta memiliki daya termal yang relatif rendah dibandingkan dengan reaktor nuklir industri pada umumnya. Sementara MFC dipilih karena pertimbangan limbah dari proses pengeboran dapat dikategorikan sebagai organic matter, sehingga dapat diubah menjadi listrik dengan menggunakan MFC, sehingga listrik yang dihasilkan ini dapat dijadikan sebagai bisnis sampingan bagi industri petroleum. Analisis yang dilakukan menggunakan referensi dari salah satu kilang minyak pemerintah di Indonesia yang diambil dari sebuah studi pada tahun 2016. Dari analisis yang dilakukan, penggabungan teknologi reaktor serta MFC sangat berpotensi dalam mengurangi limbah dari proses pengeboran minyak serta dapat mengurangi emisi karbon dalam jumlah yang cukup besar setiap tahunnya.
Harapan kedepannya dari tim RanjaKa dari ide yang diajukan ini adalah mahasiswa DTNTF mendapatkan insight mengenai teknologi reaktor generasi ke-IV yang menurut Khairi dkk sangat menjanjikan untuk diimplementasikan di Indonesia sebagai padanan energi baru dan terbarukan serta memiliki keinginan untuk meneliti teknologi MFC yang walaupun sederhana namun ternyata memiliki potensi yang cukup besar jika dikembangkan tiap-tiap komponennya sehingga dapat menjadikan MFC sebagai pembangkit listrik yang lebih optimal dan efisien. “Tidak hanya itu, semoga kedepannya kita sebagai mahasiswa dan civitas akademik DTNTF menjadi lebih berprestasi dan menjadi lebih baik terus kedepannya demi kepentingan bangsa dan negara, serta masyarakat dunia”, tambah Khairi.