Business Plan Competition: Optimalisasi UMKM di Era 5.0 untuk Menghadapi Bonus Demografi 2030 merupakan kompetisi perancangan start-up bisnis tingkat nasional yang diadakan oleh Karya Salemba Empat Universitas Diponegoro. Acara tersebut terdiri dari serangkaian tahapan sesi yang dimulai dari seleksi Business Modal Canvas (BMC), seleksi proposal, presentasi final pada 19 Maret 2023, dan sesi awarding pada 25 Maret 2023. Dari lebih dari 118 tim yang tersebar dari berbagai perguruan tinggi se-antero negeri, tim Purgamentum Muda yang beranggotakan Bintang Putra Megantara (Teknik Fisika 2022), Yohanes Mario Putra Bagus (Teknik Fisika 2022), serta Stephanie Chika Devanesa Daniarto dan dibimbing oleh Dr. Ir. Nur Abdillah Siddiq, S.T., IPP meraih juara 4 dari 10 tim yang telah berhasil menggapai panggung final.
Pada kompetisi ini, tim Purgamentum muda mengusung tema industri kreatif dengan proposal berjudul “Purgamentum: Kreasi Miniatur Robot dari Limbah Korek Api Gas, Botol, dan Kayu Menjadi Action Figure yang Terintegrasi dengan Augmented Reality (AR)”. Berangkat dari kecintaan terhadap series mecha, seperti Gundam dan Transformer, dan keprihatinan terhadap proses pengelolaan sampah yang dirasa belum maksimal, Purgamentum Muda berinovasi untuk menyulap limbah berupa korek api gas, botol plastik, dan kayu menjadi action figure estetik dan tentunya bernilai jual. Tidak hanya itu, Purgamentum Muda mencoba untuk menggabungkan unsur digital berupa teknologi Augmented Reality (AR) yang tentunya menjadi daya tarik tersendiri dari produk yang diberi nama “Purgamentum”, bahasa Latin yang berarti sampah.
Kendati berbahan dasar sampah, Purgamentum tidak memiliki tampilah yang lusuh atau terkesan “seadanya”. Purgamentum dibuat sedemikian rupa dengan memperhatikan detail dan estetika action figure sehingga termanifestasi sebagai karya seni dengan tampilan visual yang sangat menarik. Bahkan, Christopher Justin Junarko, seorang mahasiswa DKV ITS yang juga adalah peminat action figure mengatakan kalau Purgamentum memiliki tampilan menarik dan sama sekali tidak terlihat sebagai karya hasil daur ulang sampah. Karya berukuran tinggi dan lebar 30 cm dan 10-15 cm ini memiliki struktur yang kokoh sehingga dapat dimainkan selayaknya mainan “robot-robotan”. Selain itu, Prugamentum juga hadir sebagai sarana edukasi, pasalnya penamaan karakter yang ada didasarkan pada kisah tokoh pewayangan. Dengan begitu, Purgamentum menjadi media pengenalan dan pelestarian budaya bangsa agar tidak terkikis dengan laju perkembangan jaman. Tidak berhenti di situ, Purgamentum juga menjadi bentuk dukungan terhadapan Sustainable Development Goals (SDGs), terkhusus poin ke-8 (Decent Work & Economic Growth) dan ke-9 (Industry, Innovation, and Infrastructure) yang diwujudkan dalam bentuk enterpreneurship bernapaskan industri kreatif, serta poin ke-12 (Responsible Consumption and Production) yang terwujudkan melalui proses produksi bersandarkan skema daur ulang sampah. Berdasarkan uraian tersebut, bisnis Purgamentum tentu memiliki potensi besar untuk bisa bersaing dan terus tumbuh di dalam pasar industri kreatif berkat bebagai poin keunikan yang dimiliki. Namun, terdapat alasan lain di balik potential growth dari bisnis Purgamentum, yakni target pasar yang jelas dan terus berkembang.
Purgamentum menargetkan peminat action figure yang tergabung dalam berbagai komunitas hobi di Indonesia, belum lagi komunitas penggiat sustainable lifestyle yang kian menjamur tentu akan menaruh minat terhadap produk kreatif dan estetik hasil daur ulang sampah. Dengan begitu, bisa benar-benar dipastikan jikalau bisnis purgamentum memiliki kesempatan untuk tumbuh dan bahkan melebar hingga menyentuh pasar global.