Unit Kegiatan Mahasiswa Sains dan Teknologi Universitas Lampung mengadakan serangkaian perlombaan dalam acara Sains dan Teknologi EXPO (Saintek Expo) 2023 yang diadakan pada 23 – 24 Juli 2023. Salah satu dari gelaran kompetisi yang diadakan adalah “Scientific Paper Competition” tingkat nasional bertemakan “Inovasi Pengelolaan Ekosistem Dalam Upaya Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Gelaran kompetisi terdiri dari tiga tahapan, yakni seleksi abstrak, seleksi full paper, dan final presentation pada 23 Juli 2024. Acara kemudian ditutup dengan sesi awarding pada 24 Juli 2024.
Dengan membawakan karya tulis berjudul “Integrasi Konverter Fototermal Antarmuka Pada Sistem Desalinasi Surya Tipe Atap Sandar Wadah Berundak Sebagai Metode Penyediaan Air Bersih untuk Masyarakat”, tim bimbingan Bapak Thomas Oka Pratama, S.T., M.Eng. yang beranggotakan Bintang Putra Megantara (Teknik Fisika 2022), Azzikri Selky Saefana Putra (Teknik Fisika 2022), dan Rizqi Dian Anggara (Teknik Fisika 2022) berhasil menyabet gelar juara pertama pada perlombaan “Scientific Paper Competition” yang diadakan secara daring oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Sains dan Teknologi Universitas Lampung. Tim tersebut berhasil mengungguli para kompetitor lain yang berasal dari Universitas Negeri Semarang, Universitas Hasanuddin, Institut Teknologi Bandung, Universitas Brawijaya, Politeknik Negeri Lampung, dan berbagai universitas lainnya.
Gubahan bertajuk “Integrasi Konverter Fototermal Antarmuka Pada Sistem Desalinasi Surya Tipe Atap Sandar Wadah Berundak Sebagai Metode Penyediaan Air Bersih untuk Masyarakat” lahir dari kegelisahan terkait defisit suplai air bersih di Indonesia. Padahal, Indonesia adalah negara maritim dengan luas wilayah laut mencapai 70% dari luas wilayah nasional. Agar dapat mengolah air laut menjadi air siap pakai dan mengatasi problematika defisit air bersih yang ada, dilakukan inovasi sistem desalinasi termodifikasi yang memaksimalkan penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) berupa energi matahari.Desalinasi sendiri merupakan teknologi pengolahan air laut menjadi air tawar dengan bantuan energi kalor matahari (Pratama, 2018). Daerah pesisir sebagai wilayah kontak dengan saline water memiliki paparan matahari berintensitas tinggi sehingga memiliki potensi energi radiasi matahari yang sedemikian melimpah. Untuk memaksimalkan kelimpahan energi yang ada, sekaligus meningkatkan kemampuan pengolahan air laut, dilakukan integrasi interfacial photothermal converter pada sistem desalinasi tipe atap sandar wadah berundak yang dilengkapi dengan sistem kontrol berbasis photovoltaic. Interfacial photothermal converter mengkonversi radiasi matahari menjadi energi termal untuk memaksimalkan proses evaporasi saline water. Interfacial photothermal converter dilekapi dengan lapisan insulasi untuk menjaga kalor dalam sistem dengan cara melokalisasi heating process pada surface area sehingga laju evaporasi dapat terakselerasi. Bentuk atap sandar wadah berundak berfungsi untuk memperlama waktu tinggal distilat, serta memperluas daerah penguapan sehingga dapat meningkatkan perpindahan kalor-massa dan meningkatkan produktivitas sistem hingga 40% (Pangestika, 2018). Uap yang dihasilkan kemudian didinginkan melalui proses kondensasi, lalu dialirkan ke dalam wadah penampungan. Setelah wadah terisi penuh, sistem kontrol berupa water level buzzer sensor akan berdering sebagai pertanda bahwa air sudah dapat digunakan. Residu desalinasi berupa air garam akan ditampung ke dalam wadah hingga mencapai water level yang diinginkan. Setelahnya, sistem kontrol memompa residu tersebut untuk kembali diolah dalam sistem desalinasi.
Rancangan proses penyediaan air tawar tersebut disandarkan pada pemanfaatan energi energi baru terbarukan berupa energi matahari sehingga memiliki biaya operasiional rendah dan bersifat eco-friendly. Skema integrasi interfacial photothermal converter pada sistem desalinasi tipe atap sandar wadah berundak yang dilengkapi dengan sistem kontrol diharapkan mampu diterapkan secara masal. “Mengingat Indonesia adalah negara maritim dengan garis pantai sepanjang 81.290 km2, metode ini memiliki potensi besar untuk menyelesaikan problematika defisit air bersih yang ada”, ungkap Bintang.