Lomba karya ilmiah Yayasan Gajah Sumatera (Yagasu) merupakan kompetisi karya tulis ilmiah tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Yayasan Gajah Sumatera dalam rangka memperingati hari mangrove sedunia tahun 2023. Kompetisi ini mengangkat tema “Indonesia Menuju Net Zero Emission 2060” yang ditujukan untuk Mahasiswa Perguruan Tinggi tingkat S1/Diploma se-Indonesia dan masyarakat umum. Adapun sub tema dari LKTI (lomba karya tulis ilmiah) ini adalah mangrove sebagai ketahanan iklim, interaksi sosial-ekologi mangrove dalam perspektif keberlanjutan, valuasi ekonomi sumber daya ekosistem mangrove, inovasi produk olahan mangrove, peningkatan kesadaran & kepedulian masyarakat terhadap ekosistem mangrove, aksi nyata mempertahankan hutan mangrove, dan partisipasi kelompok wanita dalam pelestarian mangrove. Rangkaian acara Yagasu diawali dengan pengumpulan karya pada tanggal 26 Juni – 10 Agustus 2023. Kemudian, dilanjutkan dengan tahap seleksi karya pada 11 – 16 Agustus 2023 dan presentasi karya pada tanggal 23 Agustus 2023. Pada tahap terakhir, dilakukan pengumuman pemenang pada tanggal 25 Agustus 2023.
Karya tulis ilmiah dari tim FP UGM yang berjudul “Pendayagunaan Limbah Fly Ash PLTU sebagai Bahan Baku dalam Pembuatan Tetrapod Terintegrasi Tanaman Mangrove Guna Mencegah Abrasi” mendapatkan penghargaan sebagai Juara 3. Karya tersebut merupakan hasil kolaborasi antara Siti Puput Nurhidayah (Teknik Nuklir 2020) dan Farah Octaviani (Teknik Fisika 2020). Karya tersebut berhasil meraih penghargaan dengan latar belakang masalah gelombang laut dan pergerakan sedimentasi tidak terkontrol menyebabkan pantai cepat mengalami abrasi serta timbunan FABA yang berdampak negatif terhadap lingkungan.
Gagasan yang diusung pada karya ini adalah inovasi pemanfaatan limbah FABA sebagai tetrapod yang terintegrasi dengan tanaman mangrove untuk mencegah abrasi. Limbah batu bara (fly ash dan bottom ash) diperoleh dari proses pembakaran batu bara PLTU Paiton dapat dimanfaatkan sebagai bahan agregat dalam pembuatan beton yang kualitasnya memenuhi syarat minimal untuk konstruksi Tetrapod dengan daya tekan yang tinggi serta serapan air yang rendah. Tetrapod terbukti efektif untuk menahan gelombang air laut, sehingga dapat menjadi upaya yang baik dalam mencegah abrasi pantai, juga dapat menjadi habitat bagi biota laut. Dengan menggunakan Tetrapod dari limbah FABA yang dapat ditanami pohon bakau, sistem ini mendukung pemulihan ekosistem pesisir yang terdegradasi dan meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim. Penerapan Tetrapod terbukti layak secara ekonomi dengan NPV bernilai positif, IRR lebih besar dari diskonto, dan payback period singkat.
Dengan adanya karya ini, diharapkan dapat membantu memberikan solusi konkret dalam menghadapi permasalahan terkait dengan limbah FABA dan bencana abrasi pantai yang memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial di Indonesia. “Kami berharap semoga karya ini dapat memotivasi rekan-rekan DTNTF sekalian untuk terus berkarya. Ada banyak kompetisi nasional ataupun internasional yang dapat diikuti oleh mahasiswa DTNTF. Jangan takut gagal, karena kegagalan adalah langkah awal menuju keberhasilan. Mari terus manfaatkan peluang dan memberikan ide-ide gemilang untuk mendukung Indonesia maju”, ungkap Puput.