PRISMA 11 (Pekan Riset Ilmiah Mahasiswa 11) merupakan ajang perlombaan esai dan KTI (Karya Tulis Ilmiah) tingkat nasional yang diselenggarakan oleh PRISMA (Pusat Riset dan Kajian Ilmiah Mahasiswa), Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Dengan mengusung tema “AGRIVOLUTION 5.0: Anugerah Insan Visioner dan Intelektual Berorientasi Sustainable Transformation 5.0”, skema perlombaan, khususnya KTI, dimulai dengan tahap seleksi abstrak yang kemudian dilanjutkan dengan submisi full paper. Dengan membawakan karya berjudul “Optimalisasi Metode Desalinasi Tradisional dengan Integrasi Teknologi Konverter Fototermal Antarmuka dan Sistem Desalinasi Surya Tipe Atap Sandar Wadah Berundak”, sebuah tim bimbingan Bapak Thomas Oka Pratama, S.T. yang dipunggawai oleh Rizqi Dian Anggara (Teknik Fisika 22), Azzikri Selky Saefana Putra (Teknik Fisika 22), dan Bintang Putra Megantara (Teknik Fisika 22) berhasil menggapai panggung final untuk kemudian bersaing dengan perwakilan dari berbagai perguruan tinggi terkemuka – seperti Universitas Indonesia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Diponegoro, Universitas Brawijaya, Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, serta berbagai perguruan tinggi lainnya – dan memperebutkan podium juara.
Gelaran final PRISMA 11 (Pekan Riset Ilmiah Mahasiswa 11) sendiri berlangsung pada 22-24 September 2023 dan berlokasi di Universitas Brawijaya, Malang. Rangkaian acara final dibuka dengan sesi FGD (Focus Group Discussion) dengan membawakan kasus bertemakan pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Keesokan harinya, tepatnya pada 23 September 2023, tibalah saat-saat yang paling menentukan, setiap tim memiliki waktu 20 menit untuk mempertahankan idenya di hadapan sang dewan juri. Pada 24 September 2023, sesi penutupan dan awarding dibuka dengan sesi seminar nasional bertajuk “Career Starter Kit: Peningkatan Performa Personal Branding Generasi Z di Era Society 5.0” yang dibawakan oleh Esther Natalia Dominiq Lubis (CEO dan founder “Produktifkuy”) dan disambung dengan sesi Expo karya oleh para finalis. Sesi awarding pun tiba, tim perpunggawakan full para teknik fisikawan dari Universitas Gadjah Mada berhasil menggaet gelar predikat juara 3 pada subtema “Lingkungan dan Energi Terbarukan”.
Gubahan bertajuk “Optimalisasi Metode Desalinasi Tradisional dengan Integrasi Teknologi Konverter Fototermal Antarmuka dan Sistem Desalinasi Surya Tipe Atap Sandar Wadah Berundak” merupakan sebuah inovasi yang digagas guna menanggulangi problematika defisit air bersih di Indonesia. Desalinasi merupakan proses pengubahan air laut (saline water) menjadi air tawar siap pakai. Saat ini, tren metode desalinasi surya telah lama pudar dan berganti pada skema yang lebih modern, seperti reverse osmosi dan elektrokimia. Namun, kendala berupa biaya pembangunan, operasional, dan maintenance yang mahal menjadi batu sandungan bagi pengaplikasian masal dari teknologi desalinasi modern. Berkaca dari situasi tersebut, lantas dilakukan pengoptimalisasian metode desalinasi surya dengan integrasi tiga teknologi, yakni: konverter fototermal antarmuka, atap sandar wadah berundak, dan sistem kontrol. Metode desalinasi ini kemudian bekerja dengan skema sebagai berikut: pertama-tama, air laut ditampung dalam sebuah tangki dan dialirkan ke dalam sebuah wadah atap sandar berundak yang telah diintegrasikan dengan konverter fototermal antarmuka. Air laut atau fluida yang telah masuk ke dalam wadah kemudian diproses dengan empat poin pemanasan, berupa: (1) sekat pada atap sandar wadah berundak yang berperan untuk meningkatkan kontak fluida dengan matahari, sekaligus melokalisasi proses pemanasan pada fluida, (2) konverter fototermal antarmuka dipasang bersentuhan dengan permukaan fluida sehingga dapat mengamplifikasi termal yang diterima oleh fluida, (3) penggunaan kaca sebagai wadah penutup guna menciptakan efek rumah kaca, dan (4) instalasi material insulasi pada wadah untuk mencegah adanya heat loss. Melalui empat proses tadi, fluida akan menguap dan terkondensasi oleh aliran pendingin pada lapisan atas kaca. Air hasil kondensasi (kondensat) kemudian ditampung dalam sebuah wadah dan siap untuk dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Fluida yang tidak terproses kemudian ditampung ke dalam sebuah tangki yang, apabila penuh, akan dipompa oleh sistem kontrol untuk kembali diproses di dalam sistem.
Secara hipotesis, skema tersebut mampu untuk meningkatkan output metode desalinasi surya konvensional hingga tiga kali lipat. Kualitas air yang dihasilkan pun berada berada satu tingkat di atas standar air keran tetapan WHO; namun, masih berada di bawah parameter aman konsumsi. Dari tinjauan geografis dan astronomi, teknologi ini sangatlah relevan untuk diterapkan di Indonesia karena tiga alasan utama, yakni: (1) Indonesia memiliki luas wilayah laut mencapai 77% dari total luas wilayah nasional, (2) dengan garis pantai sepanjang 81.290 km, terdapat begitu banyak spot instalasi strategis dari teknologi ini sehingga sangat memungkinkan adanya implementasi masal, dan (3) fakta bahwa Indonesia merupakan negara tropis sehingga memiliki kelimpahan Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam bentuk radiasi matahari yang sangat masif. Dengan begitu, diharapkan teknologi ini mampu mengatasi problematik defisit air bersih yang ada, sekaligus mendorong terciptanya ragam inovasi teknologi berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) demi terciptanya masa depan yang berkelanjutan.