Sejumlah civitas akademika Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika (DTNTF) FT UGM menghadiri undangan khusus dari Country Managing Director PT Boeing Indonesia, Mr. Zaid Alami, untuk menghadiri detik-detik peluncuran Starliner bersama Boeing Indonesia, pada (1/6). Secara singkat, kapsul Boeing Starliner adalah salah satu proyek NASA yang familiar dikenal sebagai Crew Flight Test (CFT). Kapsul Boeing Starliner akan segera diluncurkan menggunakan roket ULA Atlas V untuk mengirim astronaut Butch Wilmore dan Suni Williams ke Stasiun Luar Angkasa (ISS) untuk pertama kalinya. Penerbangan ini adalah yang ketiga kalinya sejak pertama kali lepas landas pada Desember 2019. Pada penerbangan sebelumnya dalam misi uji coba tanpa awak tidak mencapai tujuan utama ketika Starliner mengalami gangguan setelah peluncuran dan gagal bertemu dengan laboratorium yang mengorbit.
Acara yang berlangsung di Pacific Place Mall, Jakarta Selatan ini dihadiri oleh peserta yang berasal dari sejumlah kalangan, mulai dari masyarakat umum, civitas akademika, hingga peneliti dari instansi penelitian terkait. Acara ini sekaligus merupakan perayaan dari 75 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan USA. Pada kesempatan tersebut, Tony Castilleja selaku Senior Manager Boeing Space and Launch, hadir secara langsung dari Florida, USA untuk melakukan diskusi dengan audience. Dipandu oleh Patricia Elizabeth selaku MC, acara berlangsung dengan lancar mulai dari pembukaan pada pukul 22:00 WIB sampai selesai. Antusiasme dari peserta yang hadir begitu besar, dapat dilihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan pada sesi diskusi.
Salah satu pertanyaan datang dari seorang dosen ITB, yakni terkait sustainability dari proyek Starliner. Tony menjelaskan bahwa tim yang terlibat telah melalui berbagai standar. Studi kelayakan mengenai satelite sudah dilakukan untuk memastikan sustainability di ruang angkasa. Pertanyaan selanjutnya diajukan oleh Syarif, seorang anak peminat penerbangan yang juga bercita-cita menjadi astronot. Dia menanyakan salah satunya apakah astronot bisa sakit. Tony menerangkan bahwa sudah dilakukan pemeriksaan kesehatan sebelum astronot diterbangkan, sehingga sangat jarang ditemukan astronot yang sakit. Namun, apabila memang ada yang sakit, akan ada tim medis yang siap untuk itu.
Arafat dari Forum Dirgantara Muda dan juga merupakan seorang praktisi dalam industri airline, menyambung sesi diskusi dengan mengajukan 2 pertanyaan, masing-masing untuk Tony serta Zaid. Pertanyaan pertama yakni terkait significant differentiator antara berbagai produk Boeing (aircraft, space shuttle dalam sudut pandang maintainability). “Secara prinsip, banyak kesamaan dalam maintainability and operability. Namun, presisi sangat penting,” terang Tony. Adapun untuk pertanyaan kedua yakni terkait cara meningkatkan prospek Indonesia di bidang “astronot”, dimana untuk pengembangannya sendiri di Indonesia masih sangat jauh jika dibandingkan dengan industri pesawat terbang. Zaid menegaskan bahwa saat ini akan di deliver berbagai satelit untuk Indonesia. Berbagai macam event juga sedang diadakan serta kerjasama akan terus ditingkatkan.
Di penghujung acara, diadakan kuis menggunakan platform Kahoot. Sejumlah pertanyaan umum dan rinci seputar Boeing dan starliner diajukan. Pada sesi tersebut, Annisa Citra Gitaswari, lulusan Teknik Fisika UGM yang juga merupakan seorang peminat penerbangan dengan skripsi berkaitan tentang keselamatan pesawat, menempati posisi yang kompetitif. Sayangnya, terjadi last minutes technical issues yang menyebabkan satelit batal diluncurkan. Kendati demikian, banyak insight menarik yang didapatkan oleh peserta dari acara kali ini, terutama berkaitan dengan dunia penerbangan.
Penulis: Faisal Hamid
Reporter: Ayodya, Elvina, Finandi