Essay Competition and Training Universitas Negeri Surabaya atau (ECT Unesa) adalah sebuah kompetisi esai tingkat nasional dengan penyelenggara Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Surabaya. Kompetisi kepenulisan essai tingkat nasional ini mengangkat tema yaitu “Peran Mahasiswa sebagai Agent of Change dalam Menyongsong SDG’s 2030”. Kompetisi ini dilaksanakan dengan masing masing mahasiswa membentuk tim yang terdiri dari 2 orang dan terbagi menjadi 2 babak yaitu babak penyisihan dan babak final. Babak penyisihan adalah pengumpulan karya essai dan yang masuk ke babak final adalah tim dengan perolehan nilai tertinggi pada seleksi karya. Selanjutnya adalah tahap final yaitu berupa presentasi 5 besar karya essai di depan 2 dewan juri dari kalangan akademisi. Lomba Essay Competition and Training Unesa ini diikuti oleh 48 tim mahasiswa dari berbagai universitas di seluruh Indonesia. Tetapi finalis yang berhasil maju ke babak final hanyalah 5 tim dan kemudian memperebutkan posisi 3 besar. Kompetisi ini berlangsung pada awal pendaftaran 4 Juli 2022 sampai pengumuman pemenang tanggal 10 Agustus 2022.
Tim dari Universitas Gadjah Mada yang terdiri dari Atanasius Tora Rangga Kaleka (Jurusan Teknik Fisika 2020) sebagai ketua tim, dan Muhammad Arifin Ilham (Jurusan Matematika) berhasil meraih juara 1. Judul karya yang diangkat adalah Inovasi Teknologi Autopilot UAV (Unnamed Aerial Vehicle) Berbasis AI (Artificial Intelligent) Sebagai Solusi Sistem Pencegahan Illegal Fishing di Indonesia dengan subtema teknologi. Latar belakang yang disorot dari essai ini adalah masalah Illegal Fishing yang terus meningkat setiap tahunnya dan menyebabkan kerugian sampai trilyunan rupiah dari segi sumber daya kelautan hingga rusaknya ekosistem laut Indonesia. Essai ini kemudian mengangkat topik SDG’S ke 16 yaitu Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang tangguh di Indonesia berkaitan dengan sistem keamanan maritim di Indonesia dan sejalan dengan SDG’S nomor 14 dalam PBB yaitu pembangunan infrasturktur dalam menjaga ekosistem laut.
Gagasan utama dalam naskah ini tentunya adalah menjawab tantangan bagaimana dapat menyelesaikan masalah terkait dengan illegal fishing. Sebuah UAV atau drone dirancang dengan mekanisme telemetri, deteksi pergerakan objek (tracking), dan GPS positioning sebagai penunjuk arah terbang UAV yang dikendalikan secara otomatis memanfaatkan otomatisasi dari Artificial Intelligent melalui Ground Control Station yang ditempatkan pada kapal patroli yang mengikuti arah gerak UAV. Banyak dari UAV yang kemudian dikendalikan dengan satu sistem dengan ketinggian jelajah berkisar antara 300 hingga 500 meter dengan kamera 360 yang dapat memantau seluruh bagian dari perairan laut secara optimal. Kapal-kapal yang terdeteksi melanggar batas nelayan oleh UAV akan langsung dilakukan penyelidikan oleh kapal penjaga. Manfaat dari konsep UAV ini adalah meminimalkan potensi terjadi illegal fishing di Indonesia.
Harapan dari karya yang telah dibuat semoga Indonesia dapat memanfaatkan ide dari penggunaan UAV untuk keamanan maritim lebih lanjut dan berskala besar dengan memperbanyak riset dan pengembangan. Banyak juga ide lainnya tentang pemanfaatan UAV untuk meminimalkan potensi illegal fishing yang tentunya bisa saling melengkapi dan memberikan perubahan bagi Indonesia. Pesan untuk civitas akademika dan mahasiswa DTNTF adalah “usahakan menjadi orang yang memiliki dampak positif bagi sesama, bisa itu dari hal kecil melalui pemikiran kita ataupun meningkatkan gagasan yang sudah ada baik itu dalam perkuliahan atau di luar perkuliahan”, ungkap Tora selaku ketua tim.