Tamu kita pada minggu ini adalah alumni yang lulus bulan Agustus 2008, tepatnya diwisuda 27 Agustus 2008, yaitu Nuring Tyas Wicaksono, ST. Sejak 24 September 2008 (1 bulan setelah wisuda), alumni Fisika Teknik tahun 2003Mechanical Engineering, Yuan Ze University, Taiwan ini sedang menempuh S2 di Jurusan dengan konsentrasi ke arah pemrosesan katalis untuk fuel cell.
Studi Nuring Tyas Wicaksono, ST di Taiwan terlaksana berkat adanya beasiswa. Hampir semua universitas di Taiwan menawarkan beasiswa bagi mahasiswa asing yang diterima di universitas tersebut. Di sela-sela kesibukan studinya, lulusan dengan SKS terbanyak ini berbagi pengalamannya selama studi lanjut.
R : Selamat ya atas prestasinya rangking 1 di Mechanical Engineering, Yuan Ze University, Taiwan.
Wah dengar dari mana beritanya nih? Saya cuma pernah mendapat nilai indeks prestasi rata-rata tertinggi untuk satu angkatan di jurusan saya, tapi itu juga karena jumlah mahasiswa master tentu tidak sebanyak jumlah mahasiswa sarjana.
R : Apa ada kesulitan secara akademik saat studi di Taiwan?
Kesulitan tentu ada, tapi dalam proses wajar. Awalnya agak repot karena di sini sistemnya kuliah dan riset dijalankan bersamaan. Jadi beban perkuliahan serupa dengan kegiatan perkuliahan di Indonesia tetapi mahasiswa sudah harus masuk laboratorium sejak semester 1.
R : Berapa persen ilmu yang dipelajari saat S1 yang bermanfaat/sesuai dengan studi saat ini?
Beberapa mata kuliah yang saya ambil memang memiliki kemiripan dengan mata kuliah S1 dulu. Di sini kita harus mengambil 75% mata kuliah dari klaster riset yang sesuai dengan tesis, dan 25%nya boleh mata kuliah dari klaster riset yang lain. Berhubung saya masih ada jiwa Fisika Teknik, jadilah saya mengambil mata kuliah campuran. Meskipun bidang riset saya energi dan material, tapi saya juga mengambil mata kuliah pilihan kontrol dan teknik biomedis. Secara umum, mata kuliah S1 di Fisika Teknik dulu memberi saya dasar untuk memahami mata kuliah S2 di sini.
R : Bagaimana mengatasi kekurangan/gap akademik antara bekal S1 dengan materi S2 saat ini?
Untuk tahap pengenalan, saya rasa mata kuliah S1 di Fisika Teknik sudah cukup pas. Nah S2 adalah saat untuk pendalaman terhadap bidang pilihan kita. Seandainya ada beberapa hal yang tetap saya belum mengerti, internet menyediakan banyak bahan untuk itu. Seringkali saya mendapat PR yang tidak saya mengerti dari dosen saya di sini, lalu saya melakukan searching melalui google dan bisa menemukan solusinya di sana. Selain internet, laoshi (panggilan untuk guru atau dosen di sini, agak seperti di film kung fu memang) tentu dengan senang hati menerima ajakan saya untuk berdisuksi di luar kelas. Selain internet dan laoshi, saya juga pernah berdiskusi dengan dosen S1 saya di Fistek dulu seperti pak Agus Arif. Intinya ada banyak jalan untuk mengatasi masalah.
R : Bisa diceritakan model pembelajaran di Mechanical Engineering, Yuan Ze University dan apa saja kegiatan akademik anda saat ini?
Untuk sistem pengajaran, setiap dosen memiliki gaya yang berbeda-beda. Ada dosen yang memberi kuliah secara klasikal dengan bahan dari buku, ada pula yang memberi kuliah dengan bahan dari jurnal-jurnal ilmiah terkini. Kegiatan akademik saya yang utama tentunya kuliah dan penelitian di laboratorium. Terkadang ada saatnya kita diminta pembimbing mengikuti konferensi untuk publikasi. Saya juga pernah mengikuti konferensi hanya berdasarkan pencarian melalui Google bahkan hingga mendapatkan hibah untuk biaya perjalanan ke luar Taiwan. Yang paling berkesan tentu saja ketika saya bisa bertemu dengan teman-teman alumni JTF UGM yang sedang kuliah di negara yang berbeda-beda akibat perjalanan tersebut. Jadi bisa dibilang jalan-jalan berkedok ikut konferensi nih.
R : Berapa SKS yang harus diambil untuk menyelesaikan S2?
Untuk S2 30 SKS. Terdiri dari 24 SKS mata kuliah dan 6 SKS tesis. Selain itu ada mata kuliah seminar 0 SKS yang harus diikuti selama dua semester. Kuliah seminar ini biasanya diisi oleh pembicara dari dunia industri, sehingga mahasiswa bisa mengetahui perkembangan dan inovasi terbaru di dunia industri. Mungkin inilah sebabnya inovasi di Taiwan cukup baik. Awalnya mereka tidak memiliki perusahaan dengan brand yang cukup berpengaruh, tapi saat ini tentu kita sudah mengenal beberapa brand perusahaan asal Taiwan seperti Acer, Asus, BenQ, MSI, dll.
Untuk mata kuliah wajib saya sudah selesai, tinggal menyelesaikan tesis. Total SKS saya lebih hanya karena saya mengambil mata kuliah pilihan pelajaran bahasa mandarin, ya lumayan belajar bahasa sekalian mengerjakan tesis.
R : Cara pembimbingan tesisnya bagaimana?
Mahasiswa sudah memilih pembimbing sejak pertama kali masuk, dan langsung masuk ke lab sang pembimbing tersebut. Penelitian sudah dimulai sejak awal masuk, istilahnya penelitian awal. Dari hasil penelitian awal tersebut mahasiswa diminta membuat proposal, jadi juga ada sidang proposal seperti di JTF UGM, hanya proposal ini sudah ada hasil penelitiannya. Setelah sidang proposal tersebut, barulah kita melengkapi semua penelitian kita untuk diajukan ke sidang akhir.
Di sini kita harus mandiri dalam penelitian. Setelah kita melakukan penelitian lalu mendapatkan data, barulah pembimbing akan memberikan masukan. Pembimbing tidak akan memberikan peran sebelum kita melakukan dan mendapatkan sesuatu. Di laboratorium juga mesti mandiri, tidak ada laboran sama sekali. Tapi bagusnya ya tidak perlu ada surat-surat birokrasi seperti di UGM dulu. Lalu butuh bahan penelitian tinggal ambil dari lab, kalau tidak ada tinggal laporan sama pembimbing dan akan dikirimkan segera, mecahin alat juga nggak perlu disuruh ganti, berbeda dengan ketika kuliah S1 dulu.
R : Penelitian apa yang baru marak di Taiwan yang berkaitan dengan fuel cell/energi terbarukan?
Di sini biasanya antar jurusan berintegrasi dalam hal penelitian. Jadi kalau bicara fuel cell, baik Mechanical, Chemical, ataupun Electrical Engineering, semua mempunyai penelitian tentang fuel cell. Fokusnya mungkin berbeda-beda, tetapi dengan integrasi semua menjadi lengkap. Tidak ada kekhawatiran dianggap mengambil lahan orang antar jurusan.
Untuk sumber energi, Taiwan termasuk sangat kekurangan sehingga harus mengimpor bahan baku dari negara lain. Sumber energi terbarukan yang cukup besar yaitu energi angin karena Taiwan adalah negara pulau yang terletak di tengah laut. Sepanjang beberapa puluh kilometer di pantai barat Taiwan telah dibangun ladang angin. Selain angin, yang juga menjadi perhatian adalah tenaga surya dengan rencana dibangunnya ladang energi surya. Selain itu pemerintah Taiwan juga memperhatikan energi nuklir. Ini dibuktikan dengan rencana beroperasinya PLTN ke empat di Taiwan tahun depan.
R : Secara prinsip, apa perbedaan antara studi saat ini dengan saat S1 di JTF?
Dari sisi budaya, Taiwan menganut sistem pendidikan yang bebas seperti di Amerika. Mahasiswa boleh ikut kuliah dengan mengenakan kaos ataupun celana pendek. Ketika kuliah, tidak hanya minum, makan mie rebus juga tidak dilarang. Istilahnya dalam kuliah, dosen seperti memberikan sebuah pertunjukan, dan mahasiswa datang ke tempat kuliah untuk menikmati pertunjukan itu.
Dari sisi kegiatan akademik, studi di Taiwan menekankan kedua aspek (perkuliahan dan penelitian) sama besar, agak berbeda dengan di Indonesia yang biasanya penelitian dilakukan setelah kuliah selesai dan persiapan untuk tugas akhir.
R : Bagaimana mengatasi masalah bahasa?
Untuk kehidupan sehari-hari, ada kelas bahasa yang cukup menolong. Tetapi untuk perkuliahan, memang agak sulit, karena ada beberapa kuliah masih dalam mandarin. Tetapi seandainya kuliah tersebut dalam bahasa mandarin, biasanya dosen pengajarnya akan memberi saya kesempatan diskusi di luar kelas, dan saya akan diajari langkah per langkah. Terkadang hal ini malah lebih menolong dibanding hanya mendengar kuliah ceramah di kelas.
R : Bagaimana mengatasi masalah perbedaan kultur?
Orang Taiwan umumnya sangat menghargai perbedaan kultur atau budaya. Karena saya muslim, maka untuk makan saya mesti hati-hati. Jika terkadang makan bersama, maka teman Taiwan saya akan membantu saya untuk memastikan bahwa makanan yang saya makan tidak mengandung bahan-bahan yang haram.
Yang menarik, kampus-kampus di Taiwan selalu mengadakan acara pertukaran budaya. Mahasiswa asing dari setiap negara biasanya diminta menunjukan suatu pertunjukan ataupun pakaian tradisional dari negaranya masing-masing. Hampir semua universitas di Taiwan memiliki program pertukaran budaya. Biasanya mahasiswa dari masing2 negara menjadi wakil untuk memperkenalkan budaya negaranya. Bisa dengan mempertunjukan tarian, nyanyian, masakan, dll. Biasanya sesama mahasiswa Indonesia saling membantu untuk persiapannya. Saya juga pernah naik panggung, walaupun tergolong demam panggung nih.
Selain itu, kadang-kadang mereka juga mengadakan cultural trip bagi mahasiswa asing untuk lebih mengenal Taiwan seperti tempat-tempat bersejarah dan lain sebagainya. Jadi ada keinginan dari orang Taiwan sendiri untuk saling memahami dalam hal perbedaan budaya.
Salah satu hal yang sulit ditemui di negara lain adalah banyaknya penduduk Indonesia yang tinggal di Taiwan (terutama sebagai TKI). Jadi jika sedang jalan-jalan sangat mudah sekali untuk bertemu orang yang berbicara bahasa Indonesia. Beberapa pengumuman di stasiun bahkan tersedia dalam bahasa Indonesia. Saya pernah tersesat dan ketika mencoba bertanya ke teman saya melalui telpon tiba-tiba ada seseorang yang menyapa dengan mengatakan “Dari Indo mas?â€
R : Apa rencana jika telah selesai studi S2/S3?
Untuk sementara ini saya ingin mencari pengalaman, ilmu, dan jaringan dulu di luar negeri, dimulai dengan S2/S3, dan mungkin dilanjutkan dengan meneliti atau bekerja. Setelah itu tentu saya akan kembali dengan membawa bekal tersebut. Saya sangat senang berinovasi, dan berharap suatu saat bisa mewujudkan dan mengaplikasikan inovasi saya di Indonesia.
R : Pesan untuk adik-adik mahasiswa di jurusan?
Mulailah segala sesuatunya dari akhir, apa yang anda inginkan di dunia ini. Ketika sudah diputuskan, itulah visi kita. Setelah itu rancang misi-misi yang ingin dilakukan untuk mencapai visi tersebut. Jangan pernah bimbang untuk mencoba sebuah peluang. Jangan pernah menyerah ketika ada kegagalan. Ambil pelajaran dari setiap kegagalan, yakinlah suatu saat keberhasilan akan datang.
R : Pesan untuk jurusan?
Kalau bisa JTF UGM memberikan suatu panduan dan arahan persiapan karir mahasiswa ke depan. Karena sangat disayangkan banyak alumni jurusan yang tadinya berprestasi baik tetapi bimbang ketika lulus ingin melakukan apa. Harapannya mahasiswa JTF UGM sebelum lulus sudah memiliki rancangan masa depan, sehingga bisa melangkah dengan mantap ketika lulus dari jurusan.