Institut Teknologi Sumatera (ITERA) menyelenggarakan acara perlombaan pada Juni 2021 untuk merayakan Dies Natalis ITERA ke-7 yaitu berupa perlombaan paper competition berskala nasional yakni ITERA National Paper Competition (INPC 2021). Tema yang diangkat dalam paper and poster competition adalah “Memberdayakan Potensi Sumber Daya Alam di Indonesia Khususnya Sumatera”. Lomba ini meliputi tiga tahap yakni pengumpulan intisari pada 10 Agustus 2021, dari 194 peserta kemudian dipilih tim dengan intisari terbaik untuk mengikuti tahap pengumpulan full paper pada tanggal 10 September, kemudian dari 50 tim terbaik dipilih 10 tim terbaik untuk mengikuti tahap pembuatan video dan presentasi pada 3 Oktober 2021. Juara 1 berhasil didapatkan oleh Tim Universitas Gadjah Mada yang terdiri dari Sasa Aulia (TF20), Al Ainna Assyifa (TGL20), dan Larasati Aditama (TGL20) dengan dosen pembimbing Bapak Dr. Nur Abdillah Siddiq, S.T.
Pada perlombaan ini, paper yang diusulkan berjudul “Red Mud Panel Air Purifier (REPAF): Inovasi Teknologi Berbahan Baku Tailing Bauksit Sebagai Penyerap Asap Kebakaran Hutan di Riau Dalam Upaya Mewujudkan Target SDGs 2030”. Hal yang melatarbelakangi pembuatan paper ini adalah luasnya wilayah hutan yang disalahgunakan oleh sebagian oknum tidak bertanggung jawab dengan melakukan pembukaan perkebunan kelapa sawit dan illegal logging. Sebagai akibatnya adalah terjadi kabut asap yang disebabkan oleh kebakaran hutan. Kebakaran hutan merupakan salah satu penyebab utama Indonesia berada pada urutan keempat sebagai negara penyumbang emisi karbon tertinggi di dunia. Masalah utama yang menjadi sorotan pemerintah akibat kebakaran hutan adalah ISPA atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Pada tahun 2019, Dinas Kesehatan Provinsi Riau mencatat sebanyak 61.017 penduduk Riau terserang ISPA akibat asap kebakaran hutan. Selain itu, Indonesia terkenal akan melimpahnya potensi sumber daya alam bauksit. Badan Pusat Statistika mencatat terdapat 16.592.187 ton bauksit pada 2021 dan sebagian besar berada di wilayah Sumatra. Melalui Perjanjian Paris 2015, Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan emisi karbon sebanyak 29% pada tahun 2030 dengan upaya sendiri. Oleh karena itu, diperlukan sebuah inovasi pemanfaatan limbah tailing bauksit sebagai bentuk pemanfaatan kembali dari limbah yang sudah tidak terpakai untuk mengatasi asap akibat bencana kebakaran hutan sekaligus menurunkan gas emisi karbon yang diberi nama “REPAF”.
Komponen pada REPAF terdiri dari beberapa bagian: 1) tempat menaruh zeolit yang sudah dimampatkan dari hasil proses kristalisasi, 2) jaring-jaring, dan 3) tiang dari alumunium berbentuk seperti panel billboard. Pada bagian tempat zeolit yang berbentuk persegi empat, diletakkan tailing bauksit yang sudah diolah menjadi zeolit sebagai adsorben di tengah dengan berat tailing bauksit sebagai zeolit untuk sekali pasang sekitar 12 kg. Kemudian zeolit dilapisi dengan jaring yang mencegah benda berukuran besar masuk ke sistem REPAF. Rangka tiang REPAF terbuat dari rangka alumunium dengan panjang 300 cm. Kemudian, sistem REPAF memiliki pintu penutup otomatis (sliding door) yang berfungsi sebagai penutup jika sedang terjadi hujan, sehingga tidak memengaruhi kondisi zeolit. Pintu penutup otomatis ini menggunakan pengendali yang disimpan oleh warga sekitar, sehingga ketika salah satu warga menekan tombol pengendali, maka otomatis REPAF akan tertutup oleh penghalang hujan yaitu berupa pintu. Sistem REPAF mampu menyerap gas CO2 dengan kapasitas penyerapan mencapai 6,4 mmol/g zeolit, jika dibandingkan dengan zeolit berbahan baku alam aktif dengan kapasitas penyerapan CO2 1,165 mmol/g zeolit, REPAF memiliki efektivitas penyerapan CO2 yang lebih tinggi. Penerapan sistem REPAF terbukti layak secara ekonomi. Hal ini didasarkan pada hasil analisis ekonomi yang menunjukkan adanya Return of Investment sekitar 40% dan keuntungan dari hasil penjualan dapat menyejahterakan masyarakat.
“Dari pengajuan inovasi kami ini, kami berharap bisa menjadi solusi bagi pemerintah dalam menangani kasus kebakaran hutan di Indonesia, sehingga tidak sekedar mengandalkan pemadam kebakaran dan hujan yang datang sewaktu-waktu. Selain itu, inovasi kami juga dapat membantu menyukseskan program SGDs tahun 2030” ungkap Sasa.