
Gambar 1. Proses penyulingan minyak atsiri
Yogyakarta, 2024-Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika (DTNTF) Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menunjukkan komitmennya dalam memberdayakan masyarakat melalui program Pelatihan Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna dalam Rangka Mewujudkan Ketangguhan Ekonomi Masyarakat dengan Proses Nilai Tambah Hasil Pertanian. Program ini berfokus pada teknologi penyulingan minyak atsiri berbasis tanaman serai wangi di Kelurahan Minomartani, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Program ini bertujuan untuk memberikan solusi bagi petani lokal dalam mengolah hasil pertanian mereka menjadi produk yang memiliki nilai jual tinggi, serta mendorong terciptanya industri kecil berbasis minyak atsiri yang berkelanjutan.
Gambar 2. Contoh hasil penyulingan minyak atsiri
Kegiatan ini didukung dengan dana hibah sebesar Rp 10.000.000, yang dialokasikan secara efisien untuk mendukung berbagai aspek kegiatan. Dana tersebut dialokasikan untuk pelaksanaan pelatihan, termasuk biaya bahan habis pakai dan peralatan penunjang. Proses ini diharapkan dapat dijadikan contoh bagi kegiatan serupa di masa mendatang.
Pelatihan ini melibatkan tim ahli dari DTNTF UGM yang terdiri dari Ir. Fadli Kasim, ST, M.Sc., IPM sebagai koordinator kegiatan. Selain itu, tim pelaksana juga diperkuat oleh berbagai akademisi dari bidang teknik nuklir dan teknik fisika serta melibatkan mahasiswa S1 dan S2 untuk turut berkontribusi dalam kegiatan ini.
Mendukung Pencapaian SDGs
Program ini tidak hanya berkontribusi pada peningkatan keterampilan masyarakat dalam teknologi penyulingan minyak atsiri, tetapi juga secara langsung mendukung beberapa poin Sustainable Development Goals (SDGs). Beberapa tujuan utama yang dicapai melalui kegiatan ini antara lain:
- SDG 1 (Tanpa Kemiskinan): Dengan memberikan masyarakat keterampilan baru dalam produksi minyak atsiri, program ini membuka peluang usaha baru yang dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi.
- SDG 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi): Teknologi penyulingan yang diperkenalkan mendorong terbentuknya usaha kecil berbasis minyak atsiri yang mandiri.
- SDG 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur): Program ini menghadirkan inovasi teknologi tepat guna yang memungkinkan masyarakat memanfaatkan sumber daya alam secara lebih optimal.
- SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab): Penyulingan minyak atsiri yang diterapkan berbasis teknologi ramah lingkungan dan efisien dalam pemanfaatan bahan baku.
Komitmen DTNTF UGM dalam mendukung SDGs ini menunjukkan bagaimana dunia akademik dapat memberikan kontribusi nyata terhadap pembangunan berkelanjutan dengan pendekatan berbasis sains dan teknologi.
Pelatihan ini berlangsung selama enam bulan, dimulai pada Juni hingga November 2024, dengan puncak kegiatan pada 3 Oktober 2024. Agenda pelatihan meliputi presentasi materi oleh tim DTNTF UGM, sesi berbagi pengalaman dari pelaku usaha minyak atsiri, serta demonstrasi langsung proses penyulingan minyak atsiri dengan alat distilasi portable. Kegiatan ini juga didukung oleh Pemerintah Daerah Sleman dan berbagai dinas terkait, termasuk Dinas Koperasi dan UKM, serta Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Kabupaten Sleman.
Pada hari pertama pelatihan, peserta diberikan pengenalan mengenai dasar-dasar penyulingan minyak atsiri, termasuk pemahaman tentang bahan baku yang sesuai dan teknik optimal untuk meningkatkan rendemen minyak. Hari kedua pelatihan difokuskan pada praktik langsung penggunaan alat distilasi portable, di mana peserta dapat melihat secara langsung proses penyulingan dari awal hingga akhir. Dengan pendekatan ini, diharapkan masyarakat tidak hanya memahami teori penyulingan, tetapi juga memiliki keterampilan praktis yang dapat diterapkan untuk pengembangan industri kecil.
Dari hasil evaluasi, peserta menunjukkan pemahaman yang baik terhadap proses penyulingan dan memiliki antusiasme tinggi untuk mengembangkan usaha berbasis minyak atsiri. Pelatihan ini berhasil memberikan wawasan baru kepada masyarakat tentang teknologi tepat guna yang dapat meningkatkan nilai tambah hasil pertanian mereka. Namun, beberapa kendala seperti keterbatasan waktu peserta dan tingkat pemahaman yang beragam tetap menjadi tantangan yang perlu diatasi. Untuk itu, perancangan metode pelatihan yang lebih fleksibel dan interaktif sangat dibutuhkan agar materi yang disampaikan dapat lebih mudah dipahami oleh peserta dengan latar belakang yang berbeda-beda. Selain itu, diperlukan adanya tindak lanjut berupa sesi mentoring atau pendampingan teknis untuk memastikan bahwa masyarakat benar-benar dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dalam usaha mereka sehari-hari.
DTNTF UGM merekomendasikan adanya pelatihan lanjutan yang lebih intensif, peningkatan skala produksi, serta kolaborasi yang lebih erat dengan stakeholder terkait guna memperluas dampak program ini ke wilayah lain. Dengan adanya dukungan dari pemerintah daerah dan lembaga terkait, diharapkan pengolahan minyak atsiri dapat berkembang menjadi sektor usaha yang lebih luas dengan daya saing yang tinggi. Program ini juga dapat menjadi model yang dapat direplikasi di berbagai daerah lain di Indonesia yang memiliki potensi sumber daya alam serupa. Selain itu, keterlibatan akademisi dan mahasiswa dalam kegiatan ini juga memberikan manfaat yang signifikan, karena mereka dapat mengembangkan penelitian berbasis kebutuhan masyarakat, yang nantinya dapat menghasilkan inovasi teknologi yang lebih efisien dan aplikatif.
Dengan keberhasilan program ini, DTNTF UGM semakin menegaskan perannya sebagai institusi akademik yang tidak hanya unggul dalam riset, tetapi juga dalam implementasi teknologi yang langsung bermanfaat bagi masyarakat. Ke depan, diharapkan semakin banyak program serupa yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi berbasis inovasi teknologi tepat guna di berbagai daerah di Indonesia. Program ini juga membuka peluang bagi UGM untuk terus mengembangkan penelitian berbasis kebutuhan masyarakat, sehingga solusi teknologi yang dihasilkan dapat lebih efektif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan strategi yang tepat dan kerja sama yang erat antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat, maka pemanfaatan teknologi tepat guna dalam industri minyak atsiri dapat menjadi salah satu pilar utama dalam pembangunan ekonomi berbasis sumber daya lokal.