
Perjalanan hidup seseorang kerap menjadi inspirasi, begitu pula kisah yang dituturkan oleh Ahmad Wardhana, alumni Sarjana Teknik Fisika 2007, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, yang selama 14 tahun terakhir telah menapaki jejak penuh makna di dunia energi, lingkungan hidup, dan pembangunan berkelanjutan. Dalam unggahannya, Wardhana mengungkapkan rasa syukur atas lintasan hidup yang sejak 2011 perlahan namun pasti menuntunnya pada jalan takdir menggeluti ranah ilmu yang sangat ia cintai. Dengan penuh rendah hati, ia menulis ucapan terima kasih kepada para guru, kolega, dan sahabat yang setia membersamai langkahnya. “Matur nuwun sedalam-dalamnya,” ungkapnya, menggambarkan betapa kuat dukungan orang-orang di sekelilingnya.
Langkah Pertama: Hutan, Sungai, dan Pembangkit Listrik Minihidro
Mei 2011 menjadi titik awal penting. Untuk pertama kalinya ia naik pesawat, menjejak luar Jawa, dan menetap di hutan demi proyek energi pertamanya: pembangkit listrik tenaga minihidro. Di sana ia bertemu Pak Rachmawan Budiarto yang menjadi mentor hingga kini, juga (alm) Pak Slamet Basuki yang dikagumi penduduk lokal. Tantangan proyek ini sangat besar, namun justru membuat Wardhana merasa tantangan di kemudian hari menjadi lebih ringan. Dari sinilah ia mantap memilih jalannya: berkiprah di dunia energi terbarukan.
Menjangkau Daerah Tanpa Listrik dan Internet di Gorontalo
Pada tahun 2019, Wardhana melakukan perjalanan ke dua dusun terpencil di Gorontalo: Dusun Tumba dan Dusun Muarakopi. Di sana, ia bertemu masyarakat yang telah bertahun-tahun hidup tanpa listrik dan sinyal internet. Dusun Tumba hanya bisa diakses dengan sepeda motor, sementara Muarakopi relatif lebih terjangkau. Kunjungan ini menjadi pengingat bahwa di saat banyak orang telah menikmati listrik dan internet 24 jam, masih ada saudara sebangsa yang menjalani hidup dalam keterbatasan infrastruktur, namun tetap teguh mencintai Indonesia. Dokumentasi kebersamaan dengan masyarakat lokal memperlihatkan semangat dan kehangatan yang menginspirasi.
CINTA Project dan Kebahagiaan Ganda di NTT
Tahun 2021, Wardhana terlibat dalam project Comprehensive and Integrated Action (CINTA) Penanganan Stunting Berbasis Potensi Lokal di Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT. Ia menjadi bagian dari tim engineering yang bertugas merancang sistem energi untuk pemenuhan air bersih. Bersama tim lintas disiplin — dari gizi, pertanian, hingga farmasi — mereka turun langsung ke lapangan demi tujuan kemanusiaan. Salah satu momen paling membahagiakan terjadi saat pagi hari menjelang pengukuran geolistrik. Di tengah persiapan, ia menerima kabar bahwa dirinya lolos beasiswa LPDP. Kabar baik itu membawa semangat berlipat bagi seluruh tim saat briefing dan menjalankan tugas.
Tahun Tersibuk: Mengajar, Mengabdi, dan Konferensi Energi
Tahun 2023 menjadi salah satu tahun tersibuk dalam hidupnya. Ia mengajar energi terbarukan di sebuah SMK di Sumba, NTT, dan mengimplementasikan tiga proposal pengabdian di Dusun Kaliurang Timur. Selain itu, ia juga aktif menulis dan mengikuti konferensi energi bersama para sahabat.
Di penghujung 2023, ia diminta menjadi moderator dalam sebuah acara energi oleh DTNTF, sekaligus berkesempatan menghadiri Haul Gus Dur di Ciganjur, Jakarta — sebuah pengalaman spiritual dan sosial yang memperkaya perjalanannya secara pribadi dan profesional.
2024–2025: Isu Tambang Ormas dan Langkah Menuju Doktoral
Paruh pertama 2024 hingga pertengahan 2025 menjadi babak yang tak terduga dalam perjalanan Wardhana. Ia turut terlibat dalam diskusi kritis terkait isu tambang untuk ormas keagamaan. Sebagai bagian dari komunitas Warga NU Alumni UGM, ia menyuarakan penolakan terhadap kebijakan tersebut melalui berbagai media, konferensi pers, hingga forum publik. Tak hanya itu, ia juga tampil sebagai narasumber di berbagai forum, termasuk podcast Greenpeace dan kajian publik di Masjid Istiqlal, Jakarta. Semua ini menjadi bagian dari peran aktifnya dalam mendorong transisi energi dan perlindungan lingkungan hidup.
Pada waktu yang bersamaan, ia mulai menyelaraskan pekerjaan risetnya untuk paruh kedua 2025 yang akan menjadi fondasi disertasinya. Rentetan aktivitas di jurnal ilmiah, proyek energi, dan forum diskusi menjadi jejak yang menggambarkan tekadnya dalam perjalanan menuju gelar doktor.
Penutup: Dedikasi Tanpa Batas untuk Energi Bersih
Lewat perjalanan panjangnya, Ahmad Rahma Wardhana menegaskan bahwa apa yang ia jalani bukan semata pencapaian pribadi, melainkan sebuah proses panjang yang penuh pembelajaran, kerja sama, dan rasa syukur. Dari hutan terpencil, sungai di Jambi, ruang kelas di Sumba, hingga panggung nasional di Jakarta, semuanya menjadi mosaik perjalanan hidup seorang alumni UGM yang berdedikasi pada energi terbarukan dan lingkungan hidup.