Yogyakarta – Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristek Dikti) akan membuat program sosialisasi dan pengenalan teknologi nuklir bagi guru-guru, dosen, tokoh masyarakat sekaligus Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), bersama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan).
Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kemenristekdikti, Ali Ghufron Mukhti, Jumat (4/8/) di kantor Batan Yogyakarta memaparkan, Indonesia masih kekurangan energi terbarukan, sedang harapan itu hanya bisa dicapai dengan teknologi nuklir.
“Kalau mau bicara daya saing Indonesia dengan dunia, maka muaranya ada di energi. Betapa harga listrik kita sangat tinggi jika dibandingkan dengan negara tetangga kita seperti Malaysia bahkan Vietnam,” ujarnya.
Menurutnya, produktivitas bangsa Indonesia klah bersaing dengan negara lain, salah satunya disebabkan oleh biaya komponen listrik yang mahal. “Intinya, untuk mengejar keterlinggalan itu, lembaga riset nuklir harus beranjak dari penghasil isotop menuju penghasil energi,” katanya.
Karena itu, harus ada strategi bersama, baik pemerintah, lembaga riset, hingga stakeholder masyarakat termasuk LSM yang selama ini mengkritisi bahaya penggunaan nuklir.
“Tanpa kita sadari, teknologi nuklir ini sudah dirasakan oleh masyarakat Indonesia, di antaranya beras Inpari Sidenuk yang pulen dan enak. Karena itu, nuklir sesungguhnya telah banyak memberi sumbangan bagi peningkatan kualitas produk pangan Indonesia,” tegasnya.
Ali Ghufron juga mengambil contoh pemerintah Prancis yang sudah 70 persen memanfaatkan energi nuklir untuk pembangkit listrik, menyusul tahun depan, Vietnam dan Malaysia.
“Pandangan negatif tentang nuklir, lebih dikarenakan kurangnya ekspos. Karena itu, secara berkala, Kemristek Dikti akan menjalankan program pengenalan penggunaan teknologi nuklir ini,” terangnya.
Sementara itu Kepala Batan, Djarot Sulistio Wisnubroto menegaskan, Batan yang merupakan lembaga pemerintah nonkementerian, telah melaksanakan tugas di bidang penelitian, pengembangan, dan pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir, dengan fasilitas penunjang seperti instalasi dan laboratorium penelitian tenaga nuklir yang tersebar di lima kawasan, Bandung, Yogyakarta, Serpong. Dari sekian banyak fasilitas tersebut, Batan mempunyai tiga reaktor, yakni Reaktor Training, Research, Isotopes, General Atomics (TRIGA) 2000, di Bandung (beroperasi sejak tahun 1965), Reaktor Kartini di Yogyakarta (beroperasi sejak 1979), dan reaktor Serba Guna GA Siwabessy di Serpong (beroperasi sejak tahun 1987).
Reaktor TRIGA 2000 adalah reaktor riset pertama yang dimiliki BATAN. General fungsi reaktor tersebut tujuan pendidikan, penelitian dan produksi isotop, dan nama industri pembuat, Reaktor ini dibangun pada 1 Januari 1964 di Kawasan Nuklir Bandung dan diresmikan pada tanggal 20 Februari 1965 dengan daya 250 kw dengan nama Reaktor TRIGA Mark ll Bandung, Pada tahun 1971 daya reaktor ditingkatkan menjadi 1 Megawatt dan pada tahun 1996 dilakukan peningkatan daya menjadi 2 Megawatt yang diresmikan oleh Wakil Presiden Megawati Soekarno Putri pada tanggal 24 Juni 2000 serta berganti nama menjadi Reaktor TRIGA 2000 Bandung.
Sedang Reaktor Kartini, yang khusus dijadikan sebagai pusat riset, dibangun berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal BatanNo.119/DI/13/XI/1974 tertanggal 13 November 1974 dengan dibentuknya Tim Pembangunan Reaktor pada Pusat Penelitian Tenaga Atom Gama, Tim Pembangunan Reaktor tersebut merancang reaktor dengan memanfaatkan teras reaktor 250 kilowatt bekas reaktor TRIGA Mark.
Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUSPIPTEK) Serpong, RSG-GAS merupakan salah satu riset terbesar di Asia Tenggara dan diresmikan oleh Presiden RI pada tanggal 20 Agustus 1987 sedangkan pembangunannya dimulai sejak tahun 1983. Pembangunan RSG-GAS disertai pembangunan fasilitas penunjang lainnya, seperti penelitian bahan bakar, uji keselamatan pengelolaan limbah radioaktif, produksi radioisotop dan radiofarmaka dan beberapa laboratorium lainnya.
Dengan demikian, menurut Djarot Sulistio Wisnubroto, tenaga ahli bidang nuklir di Indonesia, sangat mencukupi dan bisa dikatakan mampu mewujudkan pengelolaan energi terbarukan.
Bahkan di Reaktor Kartini, pemerintah Bulgaria berencana melakukan studi bersama dengan sistem pengoperasian jarak jauh atau melakui internet.
Lebih lanjut, Djarot juga mengemukakan bahwa Gubernur NTB telah menyepakati pembangunan reaktor nuklir yang segera dimulai tahun depan. “Kami mengapresiasi pemerintah NTB, karena telah mendukung dan menyediakan fasilitas lahan untuk pendirian reaktor yang tujuan dan sasarannya adalah untuk pembangkit tenaga listrik,” ujarnya.
Oleh: Fuska Sani Evani / FMB | Sabtu, 5 Agustus 2017 | 16:39 WIB
sumber: http://www.beritasatu.com/iptek/445634-kemristek-dikti-dobrak-penilaian-negatif-tentang-nuklir.html