Mahasiswa DTNTF sekali lagi meraih prestasi baru yakni menjadi juara 2 dunia pada United States Student CanSat Competition 2020. Kompetisi kedirgantaraan tingkat dunia yang bergengsi tersebut diselenggarakan oleh American Astronautical Society (AAS) dan tim dari UGM yang bernama Narantaka terdiri dari Kenrick Tjandra (Teknik Mesin 2016), Indra Budi Setyawan (Sekolah Vokasi 2016), Muhammad Dyffa (Teknik Elektro 2016), Mario Jaya Nugraha (Teknik Elektro 2016), Nico Renaldo (Teknik Elektro 2018), Wildan Fajar Purnomo (Teknologi Informasi 2017), Nafisah Hasya Sekarini (Teknologi Informasi 2017), Muhammad Nur Ilmi (Elektronika dan Instrumentasi 2018), Mahatma Ageng Wisesa (Teknik Fisika 2017), dan Muhammad Luqman Alhelmy (Teknik Fisika 2018).
Berikut ini wawancara yang sangat menarik dan menginspirasi dengan salah satu anggota tim yakni Muhammad Luqman Alhelmy.
Bisa diceritakan bagaimana proses perlombaannya sampai menjadi juara?
United States Student CanSat Competition merupakan perlombaan rancang bangun wahana satelit berukuran kecil atau mini (can–sized atau seukuran kaleng sehingga disebut CanSat) dengan misi tertentu tiap tahunnya. Secara keseluruhan kompetisi ini meliputi 3 tahap utama: preliminary design, critical design, dan launch day. Tahap preliminary mengharuskan seluruh peserta untuk menyusun ide awal desain CanSat mereka secara komprehensif dan sesuai dengan misi pada tahun tersebut. Untuk tahun 2020 ini misi tersebut adalah delta wing glider, dimana CanSat harus mampu melakukan gliding (terbang meluncur pada sudut tertentu dengan mesin yang dimatikan) pada ketinggian tertentu setelah diluncurkan menggunakan roket untuk mengambil data (berkenaan dengan cuaca dan polusi lokal) dengan bantuan delta wing. Desain tahap preliminary disajikan dalam bentuk presentasi yang formatnya sudah ditentukan panitia. Presentasi ini kemudian direview dan dipresentasikan kepada juri melalui online teleconference dan diseleksi sejumlah tim yang memiliki nilai tertinggi (tahun ini 40 tim dan alhamdulillah narantaka GMAT menempati posisi ke-5). Kemudian tahap selanjutnya adalah critical design review, dimana seluruh tim diharuskan untuk memulai manufaktur wahana yang sudah di desain pada tahap preliminary, kemudian melakukan uji fungsional, dan melakukan revisi / perubahan desain guna meningkatkan performa dari wahana tersebut. Revisinya disajikan dalam slide presentasi juga dan direview oleh panitia setelah teleconference online. Normalnya, tahapan ini bukan seleksi tapi hanya sebagai progress report saja. Karena seluruh tim yang lolos preliminary berhak meluncurkan wahananya di Amerika Serikat. Akan tetapi karena kondisi dunia akibat pandemi, peluncuran roket dibatalkan dan critical design review ini menjadi penilaian terakhir sebelum pengumuman juara. Namun, standar penilaian tahun ini diperketat. Peserta tahun ini diminta menyertakan desain final dalam bentuk gambar teknik yang detail dan purwarupa setelah perubahan desain, serta hasil uji pengambilan data dan beberapa uji fungsi lainnya. Alhamdulillah di tahap ini Narantaka mampu mengungguli banyak tim lain. Berikut adalah purwarupa satelit kecil yang didesain oleh tim Narantaka.
Mengapa wahana/satelit tim Narantaka lebih unggul dibanding yang lain?
Saya coba berikan pandangan saya seobjektif mungkin buat pertanyaan ini, berhubung kami tidak mendapatkan akses ke desain wahana peserta lain. Desain wahana Narantaka disusun dengan betul-betul memperhatikan seluruh peraturan yang diberikan panitia. Total ada 57 requirements. Seluruh requirements ini kami jadikan batasan-batasan yang tidak boleh dilampaui dalam menyusun wahana narantaka. Kemudian, mekanisme yang digunakan wahana ini tidak serta merta rumit dan canggih, melainkan sederhana namun dapat diandalkan sehingga dengan alat-alat konvensional pun wahana ini dapat dibentuk. Desain narantaka juga tidak berhenti di atas kertas saja, tapi sudah melalui berbagai macam tahapan uji yang kami laksanakan sendiri, dan kami pastikan seluruh fitur dan mekansime wahana ini dapat berfungsi dengan baik. Dan yang terakhir, kami juga memastikan seluruh fitur pada wahana memberikan kontribusi untuk memastikan misi utama wahana ini tercapai, tidak hanya sebagai eye-candy saja. Tentunya seluruh fitur ini kami paparkan dengan komprehensif namun tetap menarik kepada panitia melalui presentasi critical design review.
Berapa lama Helmy dan tim mempersiapkan kompetisi CanSat tersebut?
Tim narantaka sendiri dibentuk kira-kira bulan agustus 2019, kemudian sejak saat itu kami selalu ada meeting 3 kali dalam seminggu sampai kampus mulai dikosongkan akibat pandemi Covid-19. Setelah itu, kami beralih ke media online dari Maret sampai Mei. Jadi kurang lebih ada persiapan selama 10 bulan sampai ke tahap akhir dari kompetisi ini.
Sebagai mahasiswa program studi Teknik Fisika, kira-kira keilmuan Teknik Fisika apa yang dipakai pada kompetisi tersebut?
Yang paling krusial bagi saya adalah gambar Teknik karena saya diberikan jobdesk dibidang mekanis. Ilmu mekanika dan mekanika fluida juga dipakai untuk estimasi sikap wahana/satelit setelah separasi dengan roket. Mas Mahatma (Teknik Fisika angkatan 2017) di kompetisi ini sangat mengaplikasikan komunikasi data karena bidang beliau telemetri.
Apa pesan Helmy untuk mahasiswa DTNTF lain agar bisa menjadi mahasiswa yang prestatif?
Mungkin yang membawa Narantaka menjadi juara adalah pengorbanan dan kesediaan kami untuk mencari kesempatan. Karena sebenarnya tahun lalu Gadjah Mada Aerospace Team (GMAT) sudah mengikuti kompetisi ini dan menempati peringkat 11. Bahkan GMAT di kompetisi United States Student CanSat Competition 2019 sudah berangkat ke Amerika Serikat dan mengikuti rangkaian peluncuran wahana. Pengalaman ini memberi banyak bekal buat kami di tahun ini. Di kompetisi ini kami berusaha memahami betul seperti apa juri akan menilai, aspek apa yang masih kurang dari desain kami, bahkan nggak jarang kami kirim email ke panitia jika ada peraturan dari mereka yang kurang jelas. Dari pengalaman ini saya belajar bahwa resource dan kesempatan untuk menang atau sukses dalam melakukan sesuatu itu ada banyak pintunya, tinggal bagaimana kita menjemput semua itu. Untuk pejuang kompetisi di DTNTF, jangan ragu dan takut untuk sungguh-sungguh mengambil dan memanfaatkan semua kesempatan dan resource yang akan membantu kita buat unggul.
Demikian wawancara yang telah dilakukan penulis bersama pemenang kompetisi tingkat dunia. Semoga mahasiswa DTNTF pada khususnya dan mahasiswa Indonesia pada umumnya lebih semangat lagi dalam berkarya di bidang sains dan teknologi.
Penulis:
Dr. Nur Abdillah Siddiq