Telekomunikasi menjadi hal yang sangat vital di tengah pandemi seperti ini. Daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) merupakan daerah yang kerap mengalami masalah pemerataan komunikasi. Pada daerah 3T pula terdapat masalah elektrifikasi yang belum merata dikarenakan kondisi geografis yang sulit untuk mendistribusikan listrik. Salah satu daerah yang mengalami masalah tersebut ialah pada Desa Reka, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Tim Eco Engineer dengan anggota Mayradaffa Adyudya (S1 Teknik Mesin 2019), Rakhmat Eko Saputro (S1 Teknik Nuklir 2019), dan Resa Wardana Saputra (S1 Teknik Kimia 2019) berusaha menyelesaikan permasalahan tersebut dengan usulan inovasi berjudul “FLOATING PHOTOVOLTAIC-VERTICAL WIND AXIS TURBINE PADA PESISIR PANTAI DESA REKA NUSA TENGGARA TIMUR SEBAGAI UPAYA PEMERATAAN TELEKOMUNIKASI DI DAERAH 3T BERBASIS SUMBER ENERGI TERBARUKAN”.
Dibimbing oleh dosen pembimbing Ahmad Agus Setiawan, S.T., M.Sc., Ph.D., Eco engineer berhasil meraih juara 2 dalam Energy Idea Competition – International Science and Technology Fair 2021 yang diselenggarakan oleh Universitas Pertamina dan Persatuan Insinyur Indonesia. Waktu kompetisi berlangsung cukup lama yakni selama 3 bulan dari tanggal 13 Maret hingga 30 Juni 2021 yang dilaksanakan secara daring dan diikuti oleh 47 tim dari berbagai universitas ternama di Indonesia.
Dalam bahasa yang sederhana, ide yang diusulkan oleh Eco Engineer adalah sistem sumber energi terbarukan berbasis Hybrid Floating Photovoltaic-Vertical Axis Wind Turbine sebagai sumber energi catu daya menara BTS dengan daya 1500 W. Penggunaan sistem Hybrid Floating Photovoltaic-Vertical Axis Wind Turbine didasarkan kepada potensi Kabupaten Ende yang memiliki potensi energi surya dan energi angin yang cukup baik dengan nilai GHI sebesar 5,76 kWh/m2/hari serta kecepatan angin rata-rata sebesar 5,15 m/s dengan densitas energinya sebesar 288 W/m2, didasarkan dari sumber data menggunakan aplikasi HOMER. Hybrid Floating Photovoltaic-Vertical Axis Wind Turbine terdiri dari 3 buah panel surya dengan ukuran 1 m x 1,6 m dengan keluaran daya maksimum sebesar 317,968W dengan total energi yang dibangkitkan perharinya sebesar 4,22 kWh/day serta 3 buah turbin angin berjenis Savonius-Darrieus Wind Turbine yang disusun secara seri pada bagian bawah panel surya dengan asumsi dapat menghasilkan energi sebesar 300-450 Wh/turbin atau 3 turbin setara dengan energi sebesar 8,64 kWh/day melalui asumsi tidak ada dampak dari disrupsi yang mempengaruhi losses dengan menggunakan teori Betz Limit. Sistem FPV yang digunakan ialah FPV berbasis pontoon dengan material buoyant berasal dari HDPE (High-Density Polyethylene) dan disambung terhadap jangkar dan sistem mooring. Pemilihan sistem FPV berbasis pontoon dimaksudkan untuk menambah efisiensi yang dihasilkan. Dari hasil kalkulasi yang telah dilakukan, untuk menyuplai energi BTS 1500 Watt diperlukan 3 buah modul Hybrid Floating Photovoltaic-Vertical Axis Wind Turbine. Dengan energi yang dibangkitkan sebesar 38,58 kWh/day.
Eko mewakili timnya berharap inovasi ini dapat mendukung implementasi poin SDGs berupa SDG no 7 (Renewable Energy). Selain itu, bentuk inovasi juga bisa jadi pertimbangan untuk pengembangan energi terbarukan lainnya dalam rangka optimalisasi elektrifikasi di seluruh Indonesia.