
Gambar 1. Lobi Nuclear Backend Technology Development Department NCL JAEA
Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika (DTNTF), Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada (UGM) terus membangun jejaring kerja sama internasional, khususnya dalam bidang pendidikan dan riset teknologi nuklir. Sebagai bagian dari strategi internasionalisasi dan peningkatan kapasitas akademik, tiga dosen dari DTNTF UGM, yaitu Dr. Ir. Alexander Agung, S.T., M.Sc., IPU., Dr. Ing. Ir. Sihana, IPU., dan Ir. Susetyo Hario Putero, M.Eng., IPU., melaksanakan kunjungan akademik ke Jepang pada bulan Februari 2025. Kegiatan ini berlangsung atas undangan resmi dari Ibaraki University sebagai bagian dari kolaborasi dengan Research and Education Center for Atomic Science (RECAS), yang memiliki tujuan memperkuat kemitraan antar institusi dan membangun fondasi riset bersama di bidang teknologi nuklir.
Kunjungan ini berlangsung selama sepekan, tepatnya pada tanggal 10 hingga 16 Februari 2025. Selama berada di Jepang, rombongan dosen UGM berkesempatan mengunjungi berbagai fasilitas riset unggulan di Prefektur Ibaraki dan Tokai, yang selama ini dikenal sebagai salah satu pusat pengembangan energi nuklir dan sains terapan di Jepang. Agenda kunjungan tidak hanya fokus pada pengenalan teknologi nuklir terkini, tetapi juga membahas peluang kolaborasi riset jangka panjang dan pertukaran akademik antar institusi.
Kunjungan hari pertama dilakukan ke tiga fasilitas utama milik Japan Atomic Energy Agency (JAEA) di Kota Oarai, yaitu High Temperature Engineering Test Reactor (HTTR), Hydrogen Production Test Facility, dan Experimental Fast Reactor Joyo. HTTR merupakan reaktor HTGR prismatik satu-satunya di Jepang dengan daya 30 MWth yang memiliki sistem keselamatan inheren. Fasilitas produksi hidrogen menggunakan metode iodine-sulfur (IS process) ditargetkan untuk skala komersial pada 2030, sementara reaktor cepat Joyo digunakan untuk riset teknologi rendah karbon, produksi isotop, pelatihan, dan pengurangan risiko proliferasi. Ketiga fasilitas ini berada dalam kompleks seluas 1,6 km².
Pada hari kedua, kunjungan berlanjut ke Nuclear Fuel Cycle Engineering Laboratories (NCL) di Tokai, tempat dilakukannya riset penyimpanan limbah radioaktif tingkat tinggi. Fokus penelitian meliputi sistem penghalang teknik (engineered barrier), studi efek termo-hidro-mekanis pada bentonit sebagai bahan penyangga, serta pemantauan migrasi gas menggunakan teknologi CT scan. Selain aspek teknis, JAEA juga menekankan pendekatan sosial dengan melibatkan masyarakat dalam proses penentuan lokasi penyimpanan limbah, sebagai bentuk transparansi dan upaya membangun kepercayaan publik terhadap teknologi nuklir.
Gambar 2. Area Japan Research Reactor-3 (JRR-3)
Hari ketiga mencakup kunjungan ke Japan Research Reactor-3 (JRR-3) dan Japan Proton Accelerator Research Complex (J-PARC). JRR-3 adalah reaktor riset berdaya 20 MW yang mendukung riset neutron, iradiasi bahan, produksi semikonduktor, dan uji tak merusak. Sementara itu, J-PARC merupakan salah satu kompleks akselerator partikel terbesar di Asia yang mendukung eksperimen neutrino internasional dan riset lanjutan di bidang material, biologi molekuler, dan fisika partikel. Kunjungan ini menyoroti investasi jangka panjang Jepang dalam infrastruktur riset sejak medio 1970, pendekatan edukatif dalam penyebaran informasi ilmiah, serta ekosistem kolaboratif antara universitas, lembaga riset, dan industri yang mendorong hilirisasi riset secara berkelanjutan.
Gambar 3. Jalur neutron beam di Materials and Life Science Experimental Facility JAEA
Dari seluruh rangkaian kunjungan, terdapat sejumlah catatan penting yang menjadi pembelajaran berharga. Salah satunya adalah konsistensi Jepang dalam membangun dan memelihara fasilitas riset berkelas dunia, dengan investasi jangka panjang yang dimulai sejak dekade 1970-an. Selain itu, penyebaran informasi ilmiah kepada publik dilakukan secara menarik dan edukatif, melalui poster, maket, video, dan demonstrasi produk nyata. Kerja sama erat antara universitas, lembaga riset, dan industri juga menciptakan ekosistem hilirisasi riset yang sehat dan berkelanjutan. Hal yang tak kalah penting adalah sistem pengamanan fasilitas nuklir yang dilakukan secara efektif dan ramah, menciptakan suasana yang terbuka bagi tamu dan mitra akademik.
Dari sisi kelembagaan, kerja sama antara universitas, lembaga riset, dan industri di Jepang menciptakan ekosistem riset yang saling menguatkan. Model ini menjadi inspirasi penting bagi Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika UGM untuk merancang strategi pengembangan kurikulum dan riset yang lebih relevan dengan kebutuhan industri dan masyarakat. Dalam konteks global, berbagai elemen kunjungan ini secara langsung mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), diantaranya:
- SDG 4 (Pendidikan Berkualitas) melalui peningkatan kapasitas akademik
- SDG 7 (Energi Bersih dan Terjangkau) melalui pengembangan reaktor dan produksi hidrogen
- SDG 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur) melalui pemanfaatan akselerator partikel dan reaktor riset untuk inovasi teknologi
- SDG 13 (Penanganan Perubahan Iklim) melalui riset energi rendah karbon
- SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan) melalui kerja sama internasional yang inklusif dan produktif.
Kunjungan akademik ke Jepang oleh para dosen Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika (DTNTF) UGM bukan sekadar ajang pertukaran pengetahuan, tetapi juga menjadi momen strategis untuk mempelajari bagaimana membangun ekosistem riset dan pendidikan tinggi yang berorientasi masa depan. Jepang menunjukkan bahwa kemajuan teknologi yang berkelanjutan tidak lepas dari visi jangka panjang, sinergi antara dunia akademik, riset, dan industri, serta penyampaian informasi ilmiah yang terbuka dan inklusif kepada masyarakat.
Pengalaman langsung dari berbagai fasilitas riset unggulan seperti HTTR, JOYO, JRR-3, hingga J-PARC memberikan wawasan berharga bagi DTNTF UGM dalam memperkuat kapasitas akademik dan menghadirkan riset yang relevan dengan isu-isu global, khususnya dalam bidang energi bersih, teknologi, dan keberlanjutan lingkungan. Jepang juga memperlihatkan pentingnya investasi jangka panjang dalam riset dan pentingnya membangun komunikasi ilmiah yang efektif, mulai dari media interaktif hingga pelibatan publik dalam isu-isu strategis.
Lebih jauh lagi, kunjungan ini membuka cakrawala baru bagi DTNTF UGM untuk menjajaki bentuk-bentuk kolaborasi internasional yang lebih konkret dan berkelanjutan. Ke depan, diharapkan kerja sama dengan institusi riset dan universitas di Jepang dapat terwujud dalam bentuk pertukaran mahasiswa dan dosen, riset kolaboratif, serta pengembangan kurikulum bersama yang lebih aplikatif dan kontekstual. Langkah-langkah ini akan memperkuat posisi DTNTF UGM sebagai pusat pendidikan dan riset teknologi nuklir terkemuka di Indonesia, sekaligus aktor penting dalam komunitas ilmiah global.
Secara keseluruhan, kunjungan ini menjadi tonggak penting dalam penguatan hubungan internasional, perluasan wawasan keilmuan, serta peningkatan kualitas pendidikan tinggi yang relevan dengan tantangan perkembangan zaman. Harapannya, kolaborasi ini terus berkembang dan membawa dampak nyata dalam mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan pengembangan teknologi nuklir yang aman, inovatif, dan bermanfaat bagi masyarakat luas.