Masa pandemi tidak menyurutkan asa untuk tetap berprestasi. Hal itulah yang terjadi pada Tim Eko Engineer diketuai oleh Rakhmat Eko Saputro (S1 Teknik Nuklir 2019), dengan anggota Reyhan Faiz Barley (S1 Teknik Fisika 2019), Mayradaffa Adyudya (S1 Teknik Mesin 2019), (Ketua), Resa Wardana Saputra (S1 Teknik Kimia 2019) dan Rizal Qoirul Mustofa (S1 Teknik Mesin 2019). Eko dan timnya yang dibimbing oleh Ahmad Agus Setiawan, S.T., M.Sc., Ph.D. berhasil meraih Gold Medal dalam kegiatan Indonesia Education International Innovative Competition (IEI2C) yang diselenggarakan oleh Indonesian Federation Publisher of Research Innovation (IFPRI). Kompetisi IEI2C yang diikuti oleh 99 tim dari berbagai Universitas dalam dan luar negeri dilaksanakan selama kurang lebih 1 bulan dari 25 Mei hingga 24 Juni 2021 secara daring.
Adapun judul karya yang Eko dan tim kompetisikan adalah “RENEWABLE ENERGY TECHNOLOGY INNOVATION: FLOATING PHOTOVOLTAIC-VERTICAL AXIS WIND TURBINE AS A SOURCE OF ENERGY TREATMENT SEAWATER USING REVERSE OSMOSIS METHOD FOR SOLUTION OF CLEAN WATER PROBLEMS IN THE COASTAL AREA OF BEACH, PACITAN REGENCY”. Ide untuk merancang inovasi tersebut berawal dari permasalahan air bersih pada daerah tepi pantai. Salah satu daerah yang mengalami masalah tersebut ialah pada pesisir Pacitan, Jawa Timur. Untuk dapat mengatasi masalah ketersediaan air bersih pada daerah tersebut, maka akan dilakukan pengolahan air bersih menggunakan metode reverse osmosis dengan kapasitas 1000 L dengan energi yang dibutuhkan sebesar 10 kWh/hari. Untuk dapat menyalurkan energi sebesar itu diperlukan elektrifikasi yang memadai, kondisi geografis pesisir pantai menyebabkan distribusi listrik pada daerah tersebut tidaklah maksimal. Oleh karena itu, Usulan inovasi yang diajukan sebagai solusi atas permasalahan tersebut ialah sistem sumber energi terbarukan berbasis Hybrid Floating Photovoltaic-Vertical Axis Wind Turbine sebagai sumber energi pengolahan air bersih menggunakan sistem reverse osmosis.
Penggunaan sistem Hybrid Floating Photovoltaic-Vertical Axis Wind Turbine didasarkan kepada potensi daerah Pacitan yang memiliki potensi energi surya dan energi angin yang cukup baik dengan nilai GHI sebesar 5,104 kWh/m2/hari serta kecepatan angin rata-rata sebesar 5,15 m/s, didasarkan dari sumber data menggunakan aplikasi HOMER. Hybrid Floating Photovoltaic-Vertical Axis Wind Turbine terdiri dari 3 buah panel surya dengan ukuran 1m x 1,6m dengan keluaran daya maksimum sebesar 317,968 W dengan total energi yang dibangkitkan perharinya sebesar 3,74 kWh/day serta 3 buah turbin angin berjenis Savonius-Darrieus Wind Turbine yang disusun secara seri pada bagian bawah panel surya dengan asumsi dapat menghasilkan energi sebesar 300-450 Wh/turbin atau 3 turbin setara dengan energi sebesar 8,64 kWh/day melalui asumsi tidak ada dampak dari disrupsi yang mempengaruhi losses dengan menggunakan teori Betz Limit. Sistem FPV yang digunakan ialah FPV berbasis pontoon dengan material buoyant berasal dari HDPE (High-Density Polyethylene) dan disambung terhadap jangkar dan sistem mooring. Pemilihan sistem FPV berbasis pontoon dimaksudkan untuk menambah efisiensi yang dihasilkan. Dari hasil kalkulasi yang telah dilakukan, untuk menyuplai energi reverse osmosis berkapasitas 1000 L dengan kebutuhan energi 10 kWh/hari diperlukan 1 buah modul Hybrid Floating Photovoltaic-Vertical Axis Wind Turbine. Dengan energi yang dibangkitkan sebesar 12,38 kWh/hari.
Eko berharap bahwa inovasi ini dapat mendukung terimplementasinya poin SDGs berupa SDG no 7 (Renewable Energy). Selain itu, bentuk inovasi juga bisa jadi pertimbangan untuk pengembangan energi terbarukan lainnya dalam rangka optimalisasi elektrifikasi di seluruh Indonesia.